Bareksa.com – PT Modern Internasional Tbk (MDRN) harus memberi kabar buruk. Per 30 Juni 2017, unit bisnis 7-Eleven yang berada di bawah manajemen PT Modern Sevel Indonesia (MSI), menghentikan kegiatan operasionalnya.
Sontak, kabar tersebut langsung mendapat perhatian berbagai pihak. Selain terkait nasib para pegawai Sevel, demikian 7-Eleven sering disebut, penghentian kegiatan operasional itu pun membawa pertanyaan besar terkait beban-beban Modern Sevel.
Berdasarkan laporan keuangan Modern Internasional, beban dari produk 7-Eleven mencapai Rp 62,75 miliar per 31 Maret 2017. Angka ini turun 53,55 persen dari beban pokok penjualan periode yang sama tahun lalu Rp 135,08 miliar.
Penurunan beban itu pun tidak lepas dari pendapatan 7-Eleven yang turun 22,42 persen dari Rp 117,37 miliar menjadi Rp 91,05 miliar.
Tabel: Penjualan Vs Beban Penjualan 7-Eleven (dalam miliaran rupiah)
Sumber: Laporan keuangan MDRN
Menariknya, nilai penjualan 7-Eleven tahun ini sudah lebih tinggi ketimbang beban penjualannya. Sayang, menurut manajemen Modern Internasional, keterbatasan sumber daya perseroan tidak bisa lagi menunjang kegiatan operasional 7-Eleven.
“Terutama setelah transaksi material perseroan atas penjualan dan transfer segmen bisnis restoran dan convenience store di MSI kepada PT Charoen Pokphand Restur Indonesia mengalami pembatalan,” tulis Direktur Modern Internasional Chandra Wijaya, kepada Bursa Efek Indonesia, 22 Juni 2017 lalu.
Chandra pun memastikan, hal-hal material yang berkaitan dan yang timbul sebagai akibat dari pemberhentian operasional gerai 7-Eleven ini akan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku dan akan diselesaikan secepatnya.
Meski bisnis 7-Eleven melempem, Modern Internasional masih punya unit bisnis lain. Salah satunya unit bisnis Ricoh. Bisnis yang dijalani PT Modern Data Solusi (MDS) memberi kontribusi Rp 17,63 miliar. Angka ini tumbuh 6,46 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp 16,56 miliar.
Begitu juga unit bisnis Industrial. Bisnis yang meliputi penjualan peralatan medis dan graphic art mencatat penjualan Rp 29,95 miliar. Unit ini tumbuh paling tinggi atau naik 46,09 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp 20,5 miliar.
Sekadar informasi, Modern Internasional mencatatkan kerugian Rp 456,14 miliar pada kuartal I tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masih membukukan laba Rp 21,7 miliar. Penyebab kerugian karena adanya beban operasi lain yang sebesar Rp 386,18 miliar. Sedangkan pendapatan operasi lain justru turun dari Rp 75,22 miliar menjadi Rp 22,5 miliar.