Bank Dunia: Indonesia Layak Naik Peringkat, Ini Penyebabnya

Bareksa • 15 Jun 2017

an image
Pembangunan konstruksi gedung bertingkat di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat, Senin (27/4). Chief Economist BRI Anggito Abimanyu mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2015 diperkirakan akan melambat hanya di level 4,9 persen sampai 5 persen atau terendah dalam lima tahun terakhir. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo/Asf/Spt/15.

Fundamental dalam negeri yang kuat berkaitan dengan pengelolaan fiskal dan defisit neraca berjalan yang membaik

Bareksa.com - Bank Dunia menilai bahwa ekonomi Indonesia hingga kuartal kedua tahun ini masih kuat, seiring dengan kondisi global yang mendukung dan fundamental dalam negeri yang stabil. Ada dua hal dari kondisi fundamental dalam negeri yang membuat Indonesia layak mendapatkan peningkatan peringkat.

Berdasarkan laporan triwulanan per Juni 2017, Bank Dunia menyebutkan pengelolaan dan kredibilitas fiskal Indonesia telah membaik. Selain itu, defisit neraca berjalan Indonesia terus menyusut.

Kebijakan fiskal tahun 2017 telah membuat awal yang kuat, dengan peningkatan kinerja pendapatan dan kualitas pengeluaran, yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Realisasi anggaran hingga akhir Mei menunjukkan defisit fiskal yang lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu, karena realisasi pendapatan yang lebih tinggi dan eksekusi anggaran yang juga lebih baik.

"Selain itu, risiko pemotongan anggaran yang besar seperti yang dilakukan pada 2016 berkurang, karena target pendapatan yang lebih realistis pada 2017 dan pengumpulan pendapatan yang lebih kuat hingga saat ini. Defisit fiskal untuk 2017 diperkirakan mencapai 2,6 persen dari PDB (produk domestik bruto)," tulis laporan tersebut.

Realisasi pendapatan pada lima bulan pertama 2017 tumbuh 17,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy) dari segi nominal. Hal itu juga terpengaruh dengan adanya program pengampunan pajak (tax amnesty). Bila faktor tax amnesty dikeluarkan, pertumbuhannya sebesar 11,3 persen.

Pertumbuhan pendapatan ini terutama didorong oleh pajak pertambahan nilai dan pendapatan yang berkaitan dengan komoditas. Peningkatan yang terjadi pada pajak penghasilan migas dan pendapatan selain pajak migas disebabkan oleh menguatnya harga komoditas.

Grafik: Realisasi Pendapatan 2017 (Rp triliun)

Sumber: *Perkiraan Bank Dunia

Bank Dunia juga menyoroti kebijakan fiskal tahun 2017 yang kuat, dengan membaiknya kinerja penerimaan dan kualitas belanja, sehingga mendukung pertumbuhan perekonomian. Pelaksanaan anggaran sampai akhir bulan Mei menunjukkan defisit fiskal yang lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Defisit fiskal untuk tahun 2017 diperkirakan mencapai 2,6 persen dari PDB.

Grafik Defisit Transaksi Berjalan Terhadap PDB (%)

Sumber: Bank Dunia

Selain itu, defisit neraca berjalan Indonesia terus menyusut menjadi sebesar 1,0 persen dari PDB, didukung oleh ekspor yang meningkat lebih cepat dibandingkan dengan impor, ditambah dengan guncangan positif perdagangan reguler yang terus berlanjut. Untuk tahun 2017, secara keseluruhan defisit transaksi berjalan tersebut diperkirakan tidak berubah dari tahun 2016 sebesar 1,8 persen dari PDB.