Bareksa.com – Sejumlah saham sektor baja menguat signifikan pada perdagangan hari ini, 31 Mei 2017, seiring dengan sentimen penurunan harga bahan baku baja yang menguntungkan bagi para produsen. Hingga jeda sesi pertama, dari enam saham sektor baja yang naik, dua di antaranya telah mencapai batas tertinggi yang diperbolehkan dalam sehari sehingga mengalami penolakan otomatis oleh sistem (auto rejection).
Tabel : Performa Saham Sektor Baja Sesi I (31 Mei 2017)
Sumber : Bareksa.com
Dua saham yang mengalami auto rejection adalah saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) yang naik 24,27 persen dan saham PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) yang melonjak 24,75 persen.
Menariknya, pergerakan saham-saham di sektor ini diawali oleh menguatnya saham KRAS hingga batas auto rejection, yang kemudian diikuti oleh saham lainnya secara bersamaan. Kabar terakhir terkait produsen baja milik negara ini adalah perpanjangan kerja sama dengan PT NS BlueScope Indonesia yang telah terjalin selama 23 tahun untuk produksi baja lapis ringan.
Selain itu, kondisi harga bijih besi (iron ore) di pasar global ternyata menjadi sentimen pendorong yang menguntungkan para produsen baja ini. Seperti diketahui, bijih besi merupakan bahan baku utama untuk pembuatan besi kasar. Adapun besi kasar tersebut adalah bahan baku untuk pembuatan besi tempa, besi tuang dan baja.
Mengutip situs Dalian Commodity Exchange (DCE), harga global bijih besi terus menurun, setidaknya sejak Februari 2017.
Grafik : Pergerakan Harga Bijih Besi
Sumber : DCE
Grafik di atas merupakan grafik mingguan (weekly) dengan jenis kontrak bijih besi i1709. Dalam lima minggu terakhir (MA5), harga rata-rata bijih besi berada di level RMB457,8 per metrik ton. Harga ini turun setelah sempat mencapai puncaknya di RMB680 per metrik ton. Oleh sebab itu, bisa diasumsikan bahwa telah terjadi penurunan sebesar 32,8 persen sejak harga bijih besi mencapai level puncaknya.
Hal ini tentu menjadi katalis positif bagi para produsen baja nasional. Pasalnya, marjin perusahaan baja ini bisa semakin tebal, dengan asumsi harga penjualan baja tidak turun saat harga bijih besi global sebagai bahan baku justru melemah. (hm)