Bareksa.com – Harga minyak dunia kembali menguat 1,6 persen setelah Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk memperpanjang pemotongan produksi minyaknya yang semula akan berakhir pada pertengahan tahun ini dan diperpanjang hingga Maret 2018. Hal ini mendorong peningkatan harga minyak, sekaligus menjadi sentimen positif bagi emiten produsen minyak dan gas.
Minyak dunia jenis Brent, pada perdagangan Senin (15 Mei 2017), ditransaksikan di level US$51,8 per barel.
Dalam pertemuan yang diselenggarakan di Beijing, China, Menteri Energi negara Arab Saudi Khalid al-Falih yang juga menjadi negara pemimpin OPEC secara de facto dan Alexander Novak sebagai perwakilan Rusia (Non OPEC) sepakat untuk memperpanjang masa pemotongan produksi minyak tersebut.
Sekedar informasi, kesepakatan kedua negara ini sangat penting bagi pergerakan harga minyak dunia, mengingat kedua negara ini sangat vital perannya. Rusia tercatat sebagai produsen terbesar minyak di dunia sedangkan Arab Saudi merupakan negara dengan pengekspor minyak terbesar di dunia. Keduanya bisa mengendalikan hingga 20 juta barel per hari atau setara dengan 20 persen konsumsi global.
Grafik : Pergerakan Harga Minyak Jenis Brent Dalam Sepekan
Sumber : Marketwatch.com
Apabila kita mundur dalam sepekan terakhir, terlihat jelas bahwa harga minyak dunia sedang mengalami peningkatan. Seperti terlihat dalam gambar di atas, harga minyak hari ini telah menguat sekitar 5,65 persen dari US$48,89 per barel pada tanggal 10 Mei 2017.
Emiten produsen minyak di Indonesia juga terkena dampak terhadap menguatnya harga minyak dunia ini. Hingga pukul 14.30 WIB hari ini, saham-saham yang mempunyai korelasi dengan minyak dunia seperti PT Medco Energy Tbk (MEDC) bergerak naik. Saham MEDC telah menguat hingga 8,4 persen di level Rp2.460 per lembar.
Grafik : Pergerakan Intraday Saham MEDC
Sumber : Bareksa.com
Pergerakan saham MEDC ini anomali dibandingkan sektornya, yakni sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia yang masih melanjutkan pelemahan hingga 1 persen. Sekedar informasi, naiknya harga minyak dunia dan saham MEDC secara bersamaan dikarenakan sekitar 90 persen pendapatan MEDC berasal dari penjualan minyak dan gas, sedangkan mayoritas emiten di sektor pertambangan bertumpu pada penjualan batu bara. (hm)