Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
PT Astra Internasional Tbk (ASII)
ASII melalui anak usahanya, PT Astratel Nusantara, mengincar satu ruas jalan tol di Jawa. Jika terlaksana, berarti perseroan mampu merealisasikan akuisisi dua ruas jalan tol tahun ini.
Direktur Astratel Nusantara Wiwiek D Santoso berharap dalam waktu dekat akan menuntaskan proses akuisisi satu ruas jalan tol. Ruas tol yang dibidik perseroan berada di Pulau Jawa. “Ini masih bulan awal, jadi kita harap akan ada satu lagi closing,” ujarnya.
Adapun tahun ini, Astratel menyiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar Rp.4 triliun yang sebagian besar akan digunakan untuk akuisisi jalan tol.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
UNVR menambah sumber pendanaan untuk ekspansi di tahun 2017. UNVR bakal memperoleh fasilitas pinjaman senilai Rp.3 triliun yang berasal dari afiliasinya, Unilever Finance International AG (UFI) yang bermarkas di Swiss.
Manajamen Unilever Indonesia menyatakan, jangka waktu penarikan pinjaman bisa dilaksanakan minimum satu bulan dan maksimum kurang dari satu tahun selama periode 15 Juni 2017 - 14 Juni 2022. Adapun bunga yang dikenakan atas setiap penarikan minimal 0,15 persen.
PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT)
BOLT baru saja mengakuisisi saham PT Mega Pratama Ferindo (MPF). Hal ini sekaligus jadi strategi perusaahan agar lebih mudah mendapat bahan baku besi baja. Sebagai informasi, PT MPF adalah perusahaan yang bergerak di jasa pengolahan gulungan besi atau steel wire and bar drawing services. Sebelumnya, MPF dimiliki oleh PT Garuda Multi Investama, salah satu entitas induk langsung PT Garuda Metalindo Tbk.
Ervin Wijaya, Presiden Direktur PT Garuda Metalindo Tbk mengatakan, akusisi tersebut menelan biaya Rp.279 miliar untuk kepemilikan saham sebesar 69,75 persen di MPF. Sumber dananya dari sebagaian dari internal dan pinjaman bank.
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
AKRA menerbitkan obligasi senilai Rp.1 triliun. Obligasi itu bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I Tahun 2017 sebesar Rp.2 triliun.
Obligasi tersebut terbagi menjadi dua seri, yakni Seri A bertenor lima tahun, dan seri B bertenor tujuh tahun. Seri A memberi kupon 8,5 persen sampai dengan 9,25 persen. Sementara Seri B mematok kupon 8,75 persen sampai dengan 9,5 persen. Pembayaran bunga dilakukan secara triwulanan. Obligasi AKRA mendapatkan rating idAA- dari Pefindo.
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
SSIA menargetkan monetisasi/penjualan lahan industri baru, yang dikembangkan bersama satu mitra lokal di Karawang, Jawa Barat, bisa dimulai pada 2019 mendatang.
Johannes Suriadjaja, Presiden Direktur Surya Semesta Internusa, mengatakan saat ini perseroan bersama mitra tersebut tengah mematangkan pembentukan badan usaha patungan. Perseroan akan mengantongi porsi kepemilikan mayoritas dalam perusahaan patungan tersebut, yakni 51 persen.
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA)
BUVA menargetkan tahun ini dapat mengoperasikan dua aset hotel baru untuk mengantisipasi peningkatan arus wisatawan dan meningkatkan kinerja keuangan perseroan di masa mendatang.
Kedua aset hotel tersebut yakni Alila SCBD Jakarta dan The Cliff Bali. Alila SCBD Jakarta terdapat di pusat bisnis Jakarta dan didesain untuk menangkap peluang kebutuhan akomodasi bisnis di Jakarta yang terus meningkat.
Alila SCBD Jakarta akan dikelola oleh PT Bukit Lentera Sejahtera, perusahaan patungan antara perseroan dan PT Lentera Cemerlang Indah dengan komposisi kepemilikan saham 60 persen berbanding 40 persen.
Impor batu bara China
Jumlah impor batu bara China pada April naik ke level tertinggi dalam empat bulan didorong para produsen energi yang memilih jalur impor untuk mengisi cadangan batubara, sejak proses pemeliharaan pada jalur kereta api membatasi pengiriman domestik.
Menurut perhitungan Bloomberg, impor batu bara China di bulan April setara dengan 826.000 ton per hari atau naik hampir 16% dari bulan sebelumnya, dan terbanyak sejak Desember. Secara bulanan, China mengimpor total sejumlah 24,78 juta metrik ton pada April.
Cadangan Devisa RI
Bank Indonesia (BI) mencatat nilai cadangan devisa RI mencapai US$123,2 miliar pada akhir April 2017. Jumlah itu naik US$1,4 miliar dari posisi akhir Maret 2017 yang sebesar US$121,8 miliar. Alhasil, posisi cadangan devisa Indonesia semakin mendekati posisi rekor tertinggi yang tercapai pada akhir Agustus 2011. Waktu itu, posisi cadangan devisa Indonesia mencapai US$124,6 miliar.
Menurut catatan BI, kenaikan cadangan devisa pada akhir April 2017 berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor minyak dan gas (migas) bagian pemerintah. Kenaikan cadangan devisa juga berasal dari hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valuta asing (valas). Penerimaan devisa ini melampaui kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo.