Harga Saham Mulai Rebound, Apakah KBLI Layak Dikoleksi?
Sebelumnya harga saham KBLI telah turun 27 persen dari level tertingginya Rp760
Sebelumnya harga saham KBLI telah turun 27 persen dari level tertingginya Rp760
Bareksa.com - Harga saham PT KMI Wire & Cable (KBLI) pada perdagangan hari ini, 3 Mei 2017, mulai beranjak naik, setelah sempat anjlok cukup dalam dari level tertingginya tiga pekan terakhir. Berkaitan dengan pergerakan harga saham produsen kabel ini, Bareksa menganalisis kinerja dan valuasinya dibandingkan dengan sejumlah emiten serupa.
Pada perdagangan hari ini, harga saham KBLI ditutup menguat 1 persen menjadi Rp560. Hal ini terjadi setelah saham KBLI turun 27 persen dari level tertingginya di Rp760 pada 11 April 2017, hingga menyentuh Rp555 pada penutupan perdagangan kemarin.
Lantas, apakah penurunan 27 persen tersebut telah membuat harga saham KBLI menjadi murah?
Promo Terbaru di Bareksa
Bareksa mencoba menghitung valuasi saham itu menggunakan metode Price to Earning Ratio (PER). Semakin tinggi nilai PER, maka harga saham emiten tersebut semakin mahal relatif terhadap kinerja labanya, begitupun sebaliknya. Kemudian, PER saham KBLI tersebut dibandingkan dengan PER emiten lain di sektornya sehingga bisa diketahui apakah harga sahamnya wajar atau tidak.
Adapun, sejumlah saham-saham yang juga bergerak di bidang manufaktur kabel dan kawat listrik adalah PT Jembo Cable Company Tbk (JECC), PT Voksel Electric Tbk (VOKS), dan PT Kabelindo Murni Tbk (KBLM).
Grafik: PER Emiten Manufaktur Kabel dan Kawat Listrik
Sumber: Bareksa.com
Jika dilihat pada harga sekarang, PER saham KBLI telah menjadi 6,74 kali. Hal ini bisa menandakan saham KBLI ini lebih murah dibandingkan dengan saham VOKS dan KBLM yang masing-masing memiliki PER 8,31 kali dan 19,47 kali. Hanya saham JECC yang lebih murah dibandingkan dengan KBLI dari segi PER.
Penjualan kepada PLN
Dari sisi kinerja keuangan, produsen kabel ini mencatat sedikit peningkatan pada kuartal pertama 2017 dibandingkan periode sama 2016. Berdasarkan laporan keuangan kuartaI 1-2017, perusahaan berhasil mengantongi penjualan Rp670 miliar, tidak jauh berbeda dari angka pada periode sama tahun lalu. Adapun laba bersih tercatat naik 3 persen menjadi Rp63,5 miliar.
Menariknya, meskipun penjualan secara umum stagnan, terdapat peningkatan signifikan dari kontribusi penjualan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Penjualan kabel kepada BUMN tersebut tercatat naik 40 persen menjadi Rp271 miliar pada periode Januari-Maret 2017 dari Rp178 miliar pada periode sama tahun lalu.
Tidak hanya nilainya saja yang naik, kontribusi penjualan kepada PLN pun juga membesar. Tercatat, penjualan kepada PLN ini mencakup 40 persen dari total penjualan KBLI selama tiga bulan pertama tahun ini. Kontribusi itu meningkat dari hanya 27 persen pada kuartal pertama 2016.
Kinerja KBLI sebenarnya sudah melonjak sejak tahun lalu. Menurut laporan keuangan KBLI, PLN menjadi penyumbang revenue terbesar terhadap KBLI sejak tahun 2016. Tak tanggung-tanggung, Rp1,12 triliun atau 40 persen dari pendapatan KBLI tahun lalu berasal dari PLN. Padahal, sepanjang tahun 2015, PLN hanya berkontribusi Rp613,5 miliar atau 23 persen terhadap total penjualan perseroan.
Grafik: Pertumbuhan Kontribusi PLN Terhadap Penjualan KBLI
Sumber: Bareksa.com
Tidak hanya dari sisi penjualan, jumlah aset perusahaan pun mengalami peningkatan 20,60 persen menjadi Rp1,87 triliun per 31 Desember 2016 dibandingkan setahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh jumlah aset lancar yang naik 16,9 persen dari Rp962 miliar per akhir tahun 2015 menjadi sebesar Rp1,2 triliun per akhir 2016.
Kenaikan aset lancar ini berasal dari perolehan kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp383,2 miliar atau naik hingga 7,3 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya akun tersebut menggambarkan kondisi perusahaan yang mampu meningkatkan penjualan operasional secara tunai.
Menurut Riset Trimegah Securities yang dirilis Maret 2017, kinerja KBLI diperkirakan akan cemerlang pada tahun 2017. Bahkan, laba per saham atau earning per share (EPS) KBLI diperkirakan dapat naik 145 persen dari catatan akhir tahun 2016. Hal tersebut terdorong rencana perusahaan untuk meningkatkan produksi kabel almunium dengan target kapasitas 32.000 ton pada akhir tahun 2017. Ditambah lagi, pemerintahan Presiden Joko Widodo sedang gencar untuk mendorong program pembangkit listrik 35.000 megawatt yang tentunya membutuhkan pasokan kabel cukup banyak dan menjadi peluang untuk meningkatkan penjualan perseroan. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.