Bareksa.com – Pemilihan Kepala Daerah untuk provinsi DKI Jakarta telah selesai dihelat pada tanggal 19 April 2017 kemarin. Hasil quick count beberapa survei yang ada di Indonesia kompak menyajikan data pasangan calon nomor 3, yakni Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai pemenangnya.
Bahkan, hasil hitungan cepat itu menunjukkan kemenangan Anies - Sandi memiliki selisih yang sangat jauh dibandingkan dengan rival mereka, yakni petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat. Meski begitu kita masih harus menunggu terkait pengumuman resmi yang berasal dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam beberapa hari ke depan.
Tabel : Data Lembaga 10 Survei di Indonesia
Sumber : Beberapa survei, diolah Bareksa
Menilik situs resmi tim pemenangan Anies Baswedan - Sandiaga Uno, dari banyaknya program yang direncanakan, salah satu program paslon 3 tersebut yang sangat dinanti-nanti realisasinya ialah penghentian reklamasi. Proyek pengurukan laut menjadi pulau ini sebenarnya tergabung dengan megaproyek nasional National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau Giant Sea Wall. Proyek ini dikerjakan pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Pemerintah Belanda.
Apabila kita mundur ke belakang, program reklamasi ini merupakan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 (Kepres) yang diinisiasi oleh Soeharto dan sejak 1995 hingga sekarang rencana reklamasi ini terus bergulir. Ada nama SBY, Sutiyoso dan Fauzi Bowo ikut terlibat dalam perjalanan izin reklamasi, sampai akhirnya berada di tangan Ahok. Dan kini, bila Anies dan Sandi sudah resmi menjabat sebagai pemimpin Ibukota, tentunya perizinan dan kelanjutan proyek ini pun menjadi tanggung jawab mereka.
Meskipun demikian, 100 hari pertama rencana program kerja Anies – Sandi justru belum memfokuskan terhadap program reklamasi. Mengutip jakartamajubersama.com, ada tiga hal penting yang akan dilakukan apabila mereka telah dilantik pada 15 Oktober 2017 mendatang, antara lain :
1. Melakukan rekonsiliasi berbagai golongan warga DKI Jakarta selepas Pilkada 2017 untuk memastikan lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang kondusif
2. Fokus pada langkah-langkah awal dalam memenuhi program kerja prioritas Anies-Sandi
3. Mengonsolidasikan birokrasi pemerintah provinsi DKI Jakarta
Reaksi Pasar
Seperti yang kita ketahui bersama, ada sejumlah emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengeluarkan dana untuk berinvestasi di atas pulau-pulau yang akan berdiri dari hasil reklamasi.
Sejumlah pihak yang ikut dalam pengembangan ini adalah Grup Agung Sedayu (milik Aguan), PT Agung Podomoroland Tbk (APLN), PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) dan PT Intiland Development Tbk (DILD). Masing-masing telah mendapatkan izin baik semenjak Fauzi Bowo menjabat maupun pada masa pemerintahan Ahok.
Tabel: Nama Pengembang Pemegang Izin Reklamasi
Sumber: Penelusuran Bareksa.com
Dana yang dikeluarkan Agung Podomoro untuk membangun proyek reklamasi cukup besar hingga Rp1,7 triliun, menurut Analis Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Yogie Perdana. Dana tersebut untuk membayar kontraktor dan mengurus administrasi Pemda dan kewajiban lingkungan lain. Adapun aliran dana yang masuk ke kas perusahaan dari proyek reklamasinya yakni Pluit City sudah mencapai Rp1 triliun. Jika proyek reklamasi berujung batal, maka dana tersebut harus dikembalikan ke pembeli. (Baca Juga : Proyek Reklamasi Jadi Topik Debat Cagub DKI 2017, Apa Pentingnya?)
Sementara itu, Jaya Ancol yang merupakan badan usaha milik daerah juga ikut ambil bagian. Rencana pengembangan reklamasi di bawah Jaya Ancol dimulai dari pengembangan Pulau K untuk membangun Theme Park baru, yaitu Dufan Ocean yang diperkirakan akan menelan biaya Rp 800 miliar. Hingga 31 Desember 2015, Jaya Ancol sudah melakukan pekerjaan fisik tanggul dan penyelesaiannya diestimasikan pada 2018.
Oleh sebab itu, keunggulan paslon yang 'pro nelayan' ini dalam hasil quick count menjadi sentimen negatif bagi para pengembang yang ikut serta dalam proyek reklamasi. Hingga jeda sesi I hari ini (20 April 2017), ketiga saham yang disebutkan di atas ditutup melemah. Saham DILD ditutup melemah 0,93 persen, PJAA bergerak melemah 3,45 persen, dan APLN melemah 6,2 persen. Ini menggambarkan keadaan pelaku pasar yang cenderung melakukan tekanan jual terhadap ketiga saham tersebut seiring kemenangan Anies – Sandi yang dengan tegas menolak melanjutkan proyek terkait reklamasi.
Namun di sisi lain, saham-saham yang berada di pihak Anies – Sandi justru menguat. (Baca Juga : Anies-Sandi Unggul Quick Count Pilkada, Saham Grup Saratoga Meroket).
Anies – Sandi sebagai pemenang versi perhitungan cepat dalam Pilkada yang juga menjadi sorotan beberapa media asing seperti Al Jazeera, CNN, dan New York Times ini kami harapkan mampu mewujudkan harmoni yang menyatukan semua kalangan di Jakarta. Seperti pelaku pasar dan warga Jakarta pada umumnya, kami berharap kemenangan Anies - Sandi menjadi kemenangan warga DKI sepenuhnya, tanpa terkecuali. (hm)