Bareksa.com – Dalam sebulan terakhir ini, harga saham PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) tidak banyak berubah, hanya mondar-mandir di kisaran Rp53-Rp54 di pasar reguler Bursa Efek Indonesia. Namun, terlepas dari harga saham di bursa, kepemilikan saham bank yang dulu bernama Bank Eksekutif ini sebelum berpindah tangan kepada Provinsi Banten ternyata masih menyisakan sengketa.
Sengketa ini mencuat ketika Lunardi Widjaja, pemilik lama Bank Eksekutif melaporkan Recapital Securities kepada Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) karena belum juga menerima pembayaran atas pembelian 676.715.000 saham (79,25 persen) bank tersebut sejak 2010. Lunardi, seperti dikutip oleh Kontan, mengatakan awalnya Rosan Perkasa Roeslani pemilik Recapital Group berjanji akan membayar saham yang dibeli tersebut sebesar 1,3 kali dari nilai buku (price to book value).
Namun sampai akhirnya 29 Juni 2010, pembayaran tak kunjung dilakukan. Padahal, transaksi yang disetujui oleh Bank Indonesia itu telah menjadikan Recapital Securities sebagai pemegang saham mayoritas bank tersebut. Lunardi mengaku sabar menanti Rosan merealisasikan janjinya. Sampai akhirnya pada November 2015 lalu, Rosan berencana menjual Bank Eksekutif yang telah berganti nama menjadi Bank Pundi kepada PT Global Banten Development untuk dijadikan Bank Banten.
Bagaimana kronologi perpindahan kepemilikan saham BEKS dari Keluarga Widjaja hingga ke Recapital?
Mari kita menelusurinya sejak tahun 2009, ketika Bank Eksekutif masih dikendalikan oleh Keluarga Widjaja. Pada awalnya, jumlah saham BEKS di tahun 2009 hanya berjumlah 853,7 juta lembar dengan nilai nominal Rp100. Dengan kata lain, nilai ekuitas dari emiten yang bergerak di sektor perbankan tersebut hanya senilai Rp85,37 miliar.
Tabel : Kepemilikan BEKS Tahun 2009
Sumber : Laporan Keuangan Emiten
Kemudian, di pertengahan 2010, tepatnya pada akhir bulan Juni, Recapital tidak hanya mengakuisisi saham BEKS sebesar 676.715.000 lembar saham BEKS dari Keluarga Widjaja, melainkan juga sepakat untuk menggelar aksi korporasi rights issue dengan rasio sebesar 1:7 (1 saham lama berhak mendapatkan 7 saham baru).
Dengan demikian, setelah aksi korporasi itu selesai, kepemilikan Recapital di BEKS menjadi 61,02 persen. Pada saat yang sama, jumlah saham beredar BEKS pun bertambah menjadi 3,6 miliar lembar. Dengan harga eksekusi Rp100 per saham, saat itu BEKS mendapatkan dana segar hingga Rp512 miliar, di mana sebanyak Rp312,2 miliar berasal dari Recapital.
Tabel : Kepemilikan BEKS Tahun 2010
Sumber : Laporan Keuangan Emiten
Hingga kasus kepemilikan ini kembali ramai diperbincangkan, jumlah saham beredar BEKS telah bertambah 10,7 kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Hal ini pun terjadi melalui sejumlah rights issue dan penerbitan saham baru tanpa rights. (Baca juga: Mau Dibeli Pemprov Banten, Begini Sejarah Kepemilikan Saham Bank Pundi)
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2017, pemegang saham pengendali BEKS adalah Banten Global Development yang merupakan badan milik pemerintah provinsi Banten dengan porsi 51 persen. Kepemilikan mayoritas itu didapat oleh Pemprov Banten melalui penerbitan saham baru atau rights issue yang menyusutkan porsi pengendali sebelumnya, yakni Recapital.
Tabel: Kepemilikan Saham BEKS Maret 2017
Sumber: Laporan Keuangan Perseroan
Meski porsi kepemilikan Recapital di BEKS saat ini bukan lagi mayoritas atau hanya 5,6 persen dari total modal, jumlah saham yang dipegangnya mencapai 8,82 miliar lembar. Jumlah saham BEKS yang dipegang Grup yang didirikan oleh Rosan dan partnernya Sandiaga S. Uno ini sudah bertambah dibandingkan 3,65 miliar lembar pada 2010 ketika baru dibelinya dari Keluarga Widjaja.
Lantas sebenarnya berapa besar nilai kepemilikan BEKS yang masih dipegang oleh Recapital ini?
Nilai ekuitas BEKS hingga Februari 2017 mencapai Rp827,8 miliar, mengacu pada laporan bulanan perseroan yang tercantum dalam website resminya. Dengan jumlah saham beredar mencapai 64,1 miliar lembar saham, maka book value BEKS sekitar Rp12,9 per saham. Berdasarkan perhitungan itu, nilai kepemilikan Recapital di BEKS dengan nilai buku terkini mencapai Rp113,76 miliar (jumlah saham dipegang dikalikan book value).
Mari kita bandingkan nilai tersebut dengan harga saat Recapital mengakuisisi BEKS dari Keluarga Widjaja. Berdasarkan laporan akhir tahun 2010, harga BEKS adalah Rp55,8 per saham. Menurut Lunardi, Recapital membayar 1,3 kali nilai buku berarti nilai yang harusnya dibayar adalah Rp37,76 miliar (1,3 X Rp55,8 per saham X 676.715.000 saham).
Bila memang Recapital belum membayar dana untuk akuisisi tersebut -- terlepas bagaimana penyelidikan di Kepolisian terkait sengketa saham ini -- dengan kepemilikan yang ada di BEKS saat ini tentunya Recapital bisa membayar utang tersebut plus ada keuntungannya. Pasalnya, nilai kepemilikan Recapital di BEKS berdasarkan nilai buku terkini sudah melonjak 3 kali lipat dibandingkan tahun 2010 lalu. (hm)