Bareksa.com- Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
PT XL Axiata Tbk (EXCL)
Operator telekomunikasi ini menawarkan Sukuk Ijarah Tahap II senilai Rp2,18 triliun. Angka penerbitan ini lebih rendah ketimbang target awal Rp3,5 triliun. Penawaran ini merupakan bagian dari program penawaran umum berkelanjutan (PUB) sukuk senilai Rp5 triliun. EXCL menerbitkan suku ijarah tahap I pada 2015 dengan total nilai Rp1,5 triliun.
EXCL akan menggunakan dana hasil penerbitan sukuk ini untuk pembiayaan kembali (refinancing) dan memperpanjang pinjaman yang berdenominasi rupiah.
PT Verena Multi Finance Tbk (VRNA)
Verena menargetkan proses penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HEMTD) atau right issue sebesar Rp177,3 miliar akan rampung pada Mei 2017. Direktur Utama PT Verena Multifinance Tbk Andi Harjono menyatakan saat ini terdapat dua pembeli siaga (standby buyer) terhadap efek yang diterbitkan perseroan yaitu PT Bank Panin Tbk. (PNBN) dan investor asal Jerman yaitu DEG.
Dia mengungkapkan, melalui penawaran efek tersebut, DEG diperkirakan akan memiliki sekitar 20 persen saham perseroan, sedangkan Bank Panin diperkirakan masih akan tetap menjadi pemilik saham mayoritas.
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
SSIA berhasil membukukan peningkatan pendapatan dari lini bisnis perhotel tahun lalu sebesar 3,43 persen menjadi Rp677,5 miliar dibandingkan Rp655 miliar pada 2015.
Dalam keterangan resmi yang dipublikasikan perseroan, Minggu 9 April 2017, Manajemen Surya Semesta Internusa mengungkapkan sekitar 67,5 persen dari total pendapatan unit perhotelan perseroan diperoleh dari Gran Melia Jakarta dan Melia Bali Hotel. Selebihnya yakni dari Banyan Tree Ungasan Resort dan BATIQA Hotel.
Peningkatan pendapatan yang tipis ini terjadi di tengah tren okupansi dan harga sewa yang justru melemah. Okupansi hotel Gran Melia Jakarta tahun lalu tercatat rata-rata hanya 45,9 persen, turun dari 50,5 persen pada 2015. Rata-rata harga kamar per hari (ARR) pun turun dari US$116,6 menjadi US$109,2.
PT Kawasan Industri Jababeka (KIJA)
KIJA membukukan pendapatan Rp2,93 triliun, atau menyusut 7 persen dibanding pendapatan 2015. Meski demikian, KIJA masih mampu meraih pertumbuhan laba bersih 29 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp436,62 miliar pada 2016.
Tahun lalu KIJA bisa melampaui target marketing sales Rp1,56 triliun. Penjualan di Cikarang masih berkontribusi paling besar, mencapai Rp1 triliun. Sepanjang tahun ini, manajemen menargetkan marketing sales sebesar Rp2 triliun.