Didukung Otoritas, Pembiayaan Industri Kreatif Akan Semakin Meningkat
Pembiayaan multifinance ke industri kreatif tumbuh 18,6% menjadi Rp5,1 triliun pada 2016
Pembiayaan multifinance ke industri kreatif tumbuh 18,6% menjadi Rp5,1 triliun pada 2016
Bareksa.com - Nilai pembiayaan yang disalurkan oleh industri keuangan non-bank kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masih terbilang kecil, meski sudah menunjukkan pertumbuhan. Oleh sebab itu, regulator pun mendorong upaya untuk meningkatkan pembiayaan bagi sektor yang kebanyakan bergerak di industri kreatif tersebut.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, total pembiayaan multifinance ke industri kreatif hingga 2016 mencapai Rp5,1 triliun. Nilai tersebut meningkat 18,6 persen dibandingkan periode 2015 yang sebesar Rp4,3 triliun.
Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dumoly F. Pardede menjelaskan, meski ada peningkatan, porsi penyaluran pembiayaan multifinance untuk sektor industri kreatif masih jauh dibandingkan perbankan. Tercatat, jumlah kredit perbankan yang disalurkan ke sektor UMKM sebesar Rp802,1 triliun atau sekitar 18,2 persen dari total kredit perbankan.
Promo Terbaru di Bareksa
"Kami berusaha untuk meningkatkan pembiayaan ke industri kreatif, karena potensinya dahsyat, saya kira tahun ini bisa tumbuh sekitar 15 persen," katanya di Jakarta, Selasa (14 Maret 2017).
Untuk meningkatkan pembiayaan ke sektor kreatif, OJK akan mengoptimalkan pemanfaatan investasi yang berasal dari asuransi dan dana pensiun (dapen). Per Desember 2016, dana investasi asuransi dan dapen tercatat sebesar Rp1.048,96 triliun.
"Dana investasi tersebut digunakan untuk pembiayaan infrastruktur, UMKM, ekonomi kreatif, dan perusahaan rintisan/start-up," paparnya.
Lebih lanjut, OJK juga menerbitkan beberapa regulasi di bidang Industri Keuangan Non Bank (IKNB) untuk meningkatkan pembiayaan ke industri UMKM, ekonomi kreatif, perusahaan rintisan dan pembiayaan infrastruktur. Adapun regulasi tersebut adalah revitalisasi modal ventura, perluasan kegiatan usaha perusahaan pembiayaan, pergadaian swasta dan peningkatkan peran Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Peningkatan peran IKNB tersebut, lanjut Dumoly, harus diikuti oleh tata kelola dan manajemen risiko yang baik."Harus ada pengelolaan kualitas piutang pembiayaan untuk menjaga rasio pembiayaan bermasalah, pengalihan risiko pembiayaan melalui mekanisme asuransi kredit atau penjaminan kredit agar tidak menganggu financial soundess perusahaan," jelasnya.
LPEI atau Indonesia Eximbank juga sedang berusaha untuk meningkatkan pembiayaan ke sektor Usaha Kecil, Menengah Berorientasi Ekspor (UKME). Pembiayaan ke sektor tersebut ditargetkan bisa mencapai Rp15 triliun pada 2017. Nilai tersebut meningkat 54 persen dari realisasi 2016 yang sebesar Rp10,5 triliun.
Direktur Pelaksana II Indonesia Eximbank Indra Wijaya Suprihadi menjelaskan, target pembiayaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan target kredit perbankan."Hal ini menunjukkan komitmen kami terhadap sektor UKME," katanya.
Untuk mencapai target tersebut, pihaknya akan menggunakan empat pintu masuk. Pertama adalah melalui pemberian jasa konsultasi kepada UKM. "Sebenarnya pelaku UKM banyak yang membutuhkan jasa konsultasi, terutama bagi usaha rintisan, seperti start up. Nah, setelah mereka dibina, kami juga tawarkan pembiayaan, tetapi tidak semua mengambilnya, ada yang karena tidak membutuhkan, ada juga yang tidak bisa memenuhi persyaratan administrasi," katanya.
Pintu masuk kedua adalah melalui kantor wilayah. Saat ini, Indonesia Eximbank memiliki kantor wilayah di Medan, untuk membawahi kantor pemasaran di Batam; kantor wilayah di Solo untuk pemasaran sampai ke Balikpapan; kantor wilayah di Surabaya untuk kantor pemasaran di Denpasar dan kantor wilayah di Makassar. "Kami tidak bisa mendirikan kantor di seluruh wilayah Indonesia, sehingga kami akan bekerjasama dengan pihak lain," ucapnya.
Kerjasama yang dijalin Indonesia Eximbank adalah dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan modal ventura. Pintu masuk ketiga ini diharapkan bisa menjangkau nasabah yang tidak bisa di-cover Indonesia Eximbank.
Adapun pintu masuk terakhir yang digunakan perusahaan adalah referensi dari direktorat korporasi. "Misalnya untuk perkebunan sawit, kami bisa dekati bagian inti plasmanya, begitu pula dengan industri manufaktur, kami bisa dekati supplier-nya," tutupnya. (K09)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.