Bareksa.com - Tahun 2017 diperkirakan menjadi momen yang cemerlang bagi kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Perusahaan minyak dan gas yang dikendalikan oleh taipan Arifin Panigoro ini akan mulai meraup berkah dari akuisisi terhadap salah satu tambang emas dan tembaga terbesar nasional.
Pada 2 November 2016, masuknya Medco sebagai pengendali dan pemegang saham mayoritas PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) menandai berakhirnya kiprah Newmont Mining Corporation di perusahaan pertambangan tersebut. Selanjutnya, NNT berganti nama menjadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT) setelah Medco merampungkan transaksi akuisisi PT Amman Mineral Internasional (AMI).
AMI mengambil alih kepemilikan 82,2 persen saham NNT. Perinciannya adalah: 56 persen saham dari Newmont Mining Corporation dan Sumitomo Corporation, 24 persen saham dari PT Multi Daerah Bersaing, dan 2,2 persen dari PT Indonesia Masbaga.
Status Kontrak & Pembangunan Smelter
Amman Mineral, yang sebelumnya juga berstatus anak usaha asing seperti PT Freeport Indonesia, bersedia mengubah status Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Kini, perusahaan tersebut tengah mengurus izin ekspor bijih emas dan tembaga.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menyatakan, Amman telah menyepakati perubahan status kontrak karya menjadi IUPK. "Amman juga menyatakan terima kasih karena pemerintah telah menyetujui perubahan perjanjian kontrak karya menjadi IUPK,” ujarnya
Rekomendasi ekspor tersebut diterbitkan Kementerian ESDM dan disertai pernyataan komitmen untuk membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter).
Namun Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM belum bersedia menjelaskan detil komitmen Amman terkait dengan pembangunan smelter. Dia menyatakan, setahun ke depan sejak terbitnya persetujuan ekspor dari Ditjen Minerba, Amman berhak mengekspor 675.000 ton konsentrat tembaga.
"Volume ini berlaku sejak 17 Februari 2017 hingga 16 Februari 2018," katanya.
Namun dia menegaskan, kuota ekspor mineral bagi Amman akan diverifikasi setiap enam bulan sekali, dan jumlahnya mengacu pada progres pembangunan smelter. Jika progres pembangunan smelter tidak mencapai minimal 90 persen dari rencana, pemerintah akan mencabut rekomendasi ekspor.
Target Harga MEDC Rp4.500
Dalam riset Samuel Sekuritas Indonesia yang sudah dibagikan kepada nasabah, analis memperkirakan bahwa laba bersih Medco 2017 bisa melonjak 90 persen menjadi US$154 juta dibandingkan dengan angka tahun 2016 seiring masuknya entitas yang dulu bernama NNT itu. Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) perseroan tahun 2017 juga diperkirakan tumbuh 71 persen menjadi US$ 426 juta.
Sebagai catatan, tambang Batu Hijau yang dikendalikan Amman Mineral memiliki cadangan tembaga terbesar ke 14 di dunia dengan cadangan terbukti mencapai 4,8 miliar pounds. Sementara itu, biaya produksi tembaga dan emasnya merupakan salah satu yang terendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
Oleh sebab itu, Samuel Sekuritas pun memberikan rekomendasi beli untuk saham MEDC ini dengan target harga Rp4.500. Hal ini pun mempertimbangkan valuasi yang terbilang murah tercermin dari rasio harga terhadap laba (PE) tahun 2017 yang hanya 7,4 kali, di bawah industri.
Sementara itu, harga saham MEDC yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia ini memang sudah melonjak hampir dua kali lipat sejak Februari lalu. Harga saham MEDC per 2 Maret mencapai Rp2.570, melonjak 84,9 persen dibandingkan penutupan akhir Januari di Rp1.390. Bahkan, saham MEDC sempat menguat 55 persen hanya dalam sepekan dan dianggap memiliki gerakan yang tidak wajar (unusual market activity/UMA) oleh otoritas Bursa pada 20 Februari lalu.
Grafik : Pergerakan Saham MEDC Februari-Maret 2017
Sumber : Bareksa.com
Pada perdagangan hari ini, 3 Maret 2017, saham MEDC melanjutkan penguatannya. Hingga jeda siang ini saham MEDC naik 4,3 persen menjadi Rp2.680 dan sempat mencapai titik tertinggi intraday di Rp2.740. (hm)