BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Setelah Naik 123%, Saham DGIK Mulai Koreksi. Valuasi Mahal?

07 Februari 2017
Tags:
Setelah Naik 123%, Saham DGIK Mulai Koreksi. Valuasi Mahal?
Pekerja menyelesaikan konstruksi pembangunan gedung bertingkat di kawasan Gambir, Jakarta, Senin (27/4). Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan investasi pada 2015 sebesar Rp. 519,5 triliun atau tumbuh sekitar 14 persen dari pencapaian tahun sebelumnya. ANTARA FOTO/Andika Wahyu/Spt/15.

DGIK yang bergerak di bidang konstruksi, memiliki PER sebesar 67,2 kali

Bareksa.com- Sejak awal tahun, saham PT Nusa Kontruksi Enjiniring Tbk (DGIK) naik signifikan. Menurut pantauan Bareksa saham perusahaan konstruksi ini telah naik 123,6 persen menjadi Rp123 kemarin dari sebelumnya Rp55 pada awal tahun.

Bahkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali memberikan peringatan akan adanya pergerakan yang tidak wajar pada saham DGIK. Saham emiten di bidang kontruksi ini dinilai bergerak naik signifikan di luar kebiasaan. Untuk itu, bursa memasukkan saham DGIK ke dalam radar Unusual Market Activity (Baca juga: Naik 31% Sepekan, Kini Giliran DGIK Masuk Radar UMA)

Grafik: Pergerakan Harga Saham DGIK 30 Desember 2016 -3 Februari 2017

Promo Terbaru di Bareksa

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Namun pada hari ini, harga saham DGIK sudah mulai terkoreksi sebesar 6,5 persen ke level Rp115. Apakah valuasi DGIK sudah mahal?

Untuk menilai valuasinya mahal atau murah, Bareksa menggunakan metode PER. PER atau price to earning ratio adalah rasio yang membandingkan harga saham dengan laba bersih per saham yang mampu diraih perusahaan selama satu tahun. Semakin tinggi nilai PER maka semakin mahal harga saham, demikian sebaliknya. Lalu, PER saham itu dibandingkan dengan PER rata-rata sektornya sehingga bisa diketahui apakah harga sahamnya wajar atau tidak.

DGIK yang bergerak di bidang konstruksi, memiliki PER sebesar 67,2 kali. Berarti, perusahaan ini diperdagangkan pada harga 67,2 kali lipat dari laba per saham yang dihasilkan. Angka tersebut jauh di atas PER rata-rata perusahaan dari sektor konstruksi dengan PER 34,5 kali.

Bahkan, jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan konstruksi berkapitalisasi besar, harga DGIK tetap jauh lebih premium. PER saham PT PP Tbk (PTPP) sebesar 48,9 kali, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) hanya sebesar 42,06 kali, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sebesar 31 kali dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) sebesar 27,99 kali.

Grafik: Perbandingan PER Saham-Saham Konstruksi

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Yang menarik, emiten yang memiliki PER premium terhadap sektor dan perusahaan lainnya ini justru memiliki kinerja kurang menggembirakan.

Laba DGIK pada sembilan bulan pertama 2016 turun 40 persen menjadi Rp7,2 miliar dari Rp 12 miliar pada periode sama tahun 2015. Hal ini disebabkan pendapatan perusahaan yang anjlok 40 persen menjadi Rp771 miliar dari sebelumnya Rp1,29 triliun.

Grafik: Pergerakan Laba dan Pendapatan DGIK

Illustration

Sumber: Laporan keuangan, diolah Bareksa.com

Secara lebih rinci menurut kontributor pendapatannya, pos bangunan anjlok 45 persen menjadi Rp613 miliar dari sebelumnya Rp1,1 triliun. Sementara itu, pos sipil turun 36,4 persen menjadi Rp110 miliar dari sebelumnya Rp173 miliar. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua