Jelang Pelantikan Donald Trump, Bagaimana Arus Dana Asing di Pasar Modal?
Donald Trump Akan Dilantik 20 Januari Mendatang, 26 Anggota Kongres AS Boikot Pelantikan
Donald Trump Akan Dilantik 20 Januari Mendatang, 26 Anggota Kongres AS Boikot Pelantikan
Bareksa.com - Beberapa hari menjelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS, Jumat 20 Januari 2017, puluhan anggota Kongres dipastikan tak hadir dalam acara tesebut. Jumlah anggota Kongres dari Partai Demokrat yang menyatakan memboikot pelantikan Donald Trump telah mencapai 26 orang. John Lewis sebagai Anggota Kongres dari Georgia mengatakan, salah satu alasannya memboikot pelantikan Donald Trump adalah dugaan intervensi Rusia dalam pemilihan presiden Amerika Serikat yang dimenangi oleh Trump.
Pada awal November 2016, berita mengenai terpilihnya Donald Trump yang di luar ekspektasi pasar tersebut telah menekan pasar modal Indonesia. Pada saat yang sama, dana asing dari pasar modal negara emerging market, termasuk Indonesia, pun mulai mengalir ke luar. Hal ini seiring dengan meningkatnya imbal hasil surat utang Amerika Serikat (treasury).
Mendekati hari pelantikan Presiden AS yang ke 45 tersebut, bagaimanakah kondisi dana asing di pasar modal Indonesia?
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik: Kepemilikan Asing Pada Ekuitas (November 2016-Januari 2017)
Sumber : Bareksa.com
Di pasar modal, kepemilikan asing di ekuitas terus menunjukkan penurunan menjadi Rp151,88 triliun atau lebih rendah dibandingkan rata-rata selama satu tahun sebesar Rp154,79 triliun. Per Agustus 2016, nilai kepemilikan dana asing di ekuitas mencapai Rp177 triliun dan terus menurun hingga kemenangan Donald Trump diumumkan pada tanggal 8 November menjadi Rp168,3 triliun dan terus menurun hingga saat ini menjadi Rp151,88 triliun. Sehingga apabila dihitung sejak Agustus, total dana asing yang keluar dari ekuitas mencapai Rp25 triliun. Bila dihitung semenjak kemenangan Donald Trump hingga saat ini, dana asing yang keluar dari pasar ekuitas mencapai Rp16,4 triliun. Hal ini terbilang wajar, mengingat kondisi global yang dilanda ketidakpastian jelang inaugurasi Donald Trump selaku presiden AS yang ke-45.
Namun, kepemilikan asing yang ada di pasar obligasi cenderung menunjukkan peningkatan dibandingkan Desember 2016 silam seiring kembalinya rasa percaya pada pelaku pasar terhadap perekonomian Indonesia. (Baca Juga: Setelah Diputus Sri Mulyani, JP Morgan Kembali Naikkan Rating Indonesia)
Grafik: Kepemilikan Asing Pada Obligasi (November 2016-Januari 2017)
Sumber : Bareksa.com
Kepemilikan investor asing di pasar obligasi per 13 Januari mencapai Rp672,57 triliun atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata dalam satu tahun yakni Rp637,54 triliun. Apabila dilihat dalam beberapa bulan terakhir, pasca pengumuman kemenangan Donald Trump, sejak 29 November 2016, arus dana asing kembali masuk yang menandakan investor mulai percaya diri untuk memasuki pasar obligasi. Sejak saat itu arus dana asing kembali masuk mencapai Rp18,94 triliun hingga 13 Januari.
Kembalinya dana asing ke pasar obligasi Indonesia seiring juga dengan pergerakan imbal hasilnya (yield). Hingga perdagangan kemarin 16 Januari 2017, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun yang dijadikan acuan atau benchmark berada di level 7,62 persen atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata pergerakan yield selama 1 tahun di level 7,53 persen. Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, sehingga peningkatan yield menandakan harga obligasi semakin murah. Meski begitu, keadaan ini masih lebih baik dibandingkan bulan Desember lalu yang sempat mencapai level 7,96 persen.
Grafik: Pergerakan Yield Obligasi Pemerintah Tenor 10 Tahun
Sumber : Bareksa.com
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi bakal terjadi gejolak pasar keuangan dunia yang bersifat temporer, saat inaugurasi Presiden AS terpilih Donald Trump pada 20 Januari mendatang. Namun, ia menghimbau pelaku pasar dalam negeri untuk tidak latah bersikap panik, karena fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat. Dalam sambutannya di acara Bank Dunia, Selasa 17 Januari 2017, Sri Mulyani mengatakan sebagai negara terbesar di dunia, AS memiliki pengaruh sangat besar terhadap kondisi politik maupun perekonomian global. Hal ini terbukti dari beragam reaksi pasar global yang timbul usai pengumuman hasil pemilu AS yang memenangkan Trump sebagai presiden ke-45.
Dari reaksi tersebut, ada yang merasa optimistis atas rencana Trump yang ingin melonggarkan kebijakan fiskal dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi melalui sektor infrastruktur. Namun, ada pula yang merasa pesimistis oleh rencana Trump yang ingin memperketat keamanan negara melalui sejumlah kebijakan yang sifatnya proteksionis.
Indonesia memang tengah dihadapkan oleh sejumlah ketidakpastian yang berasal dari global. Ketidakpastian global, beriringan dengan permasalahan perdagangan Internasional yang melemah, perlambatan investasi, arus modal keluar hingga persepsi negatif dari kalangan investor. Menurut Sri Mulyani, bagi para pengambil kebijakan khususnya pemerintah, reaksi pasar menjadi salah satu hal yang patut mendapat perhatian khusus. Namun, sikap saat mengambil kebijakan jangan berdasarkan sentimen yang sifatnya sementara. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,92 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,65% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,59 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,51% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,08 | 0,60% | 4,04% | 7,13% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,41 | 0,53% | 3,95% | 6,71% | 7,40% | 16,95% | 40,32% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,15 | 0,82% | 3,96% | 6,62% | 7,24% | 20,21% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.