Izin Pabrik Rembang Dicabut, Analis Asing Malah Rekomendasi Beli Saham SMGR

Bareksa • 18 Jan 2017

an image
Pabrik PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) di Rembang yang dalam proses pembangunan. (Bareksa.com)

Pencabutan ini dilakukan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada hari Senin, 16 Januari 2017.

Bareksa.com – Ekspansi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) kembali tertunda setelah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mencabut izin lingkungan pabrik semen di Rembang. Meskipun demikian, analis asing menilai kondisi ini tidak serta merta membawa sentimen negatif bagi emiten semen milik negara ini.

Pencabutan izin analisis dampak lingkungan (AMDAL) ini dilakukan Ganjar pada hari Senin, 16 Januari 2017, tepat sehari sebelum tenggang waktu yang diberikan oleh Makhamah Agung (MA). Keputusan ini menurut Ganjar sesuai dengan perintah MA.

Corporate Secretary SMGR, Agung Wiharto, mengatakan perseroan secara penuh menerima keputusan MA tersebut. Perseroan juga akan melaksanakan apa yang menjadi keputusan MA dan Gubernur Jawa Tengah. 

“Beliau kan mengeluarkan dua keputusan yakni mencabut izin lingkungan dan tidak boleh ada aktivitas. Kita taat dan tidak ada kompromi soal itu,” katanya kepada Bareksa.com, Selasa 17 Januari 2017.

Agung mengatakan dalam catatan hakim ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan. Catatan pertama adalah tidak adanya rencana detail perseroan untuk mempertahankan daya dukung lingkungan dalam kegiatan penambangan. 

Setelah itu ada juga catatan mengenai solusi menyeluruh mengenai permasalahan warga khususnya dalam hal pengadaan air bersih. Dari dua catatan tersebut, menurut Agung, hampir semuanya sedang berjalan. 

Pihaknya saat ini memang sedang melaksanakan pembangunan embung-embung untuk menampung air resapan yang bisa digunakan untuk warga masyarakat. 

“Pembangunan embung-embung itu kita percepat agar segera bisa terealisasi,” ujarnya. 

Menanggapi keadaan yang sedang dihadapi Semen Indonesia ini, analis Deutsche Bank dalam risetnya malah memberikan rekomendasi untuk mengoleksi saham semen terbesar di Indonesia ini. Alasannya, penundaan pengoperasian pabrik baru ini dari target awal di kuartal pertama 2017 tidak akan terlalu banyak mempengaruhi kinerja Semen Indonesia.

Menurut analis DB, perseroan dinilai masih punya ruang kapasitas yang belum terpakai karena saat ini utilisasi Semen Indonesia masih sekitar 90 persen. Hal ini menyisakan ruang sekitar 3 juta ton dari total 32 juta ton kapasitas produksi perseroan saat ini.

Pabrik senilai US$400 juta di Rembang ini telah terbangun hingga 95 persen. Perseroan juga disebutkan telah menyiapkan revisi AMDAL yang diminta oleh MA.  Skenario terburuk pun menurut analis hanya akan berdampak kecil kepada perseroan. 

Misalkan SMGR tidak boleh menambang batu kapur di pabrik Rembang, perseroan bisa asja mendapatkan sumber batu kapur dari Tuban yang jaraknya sekitar 90 kilometer dari Rembang. Dengan mengambil bahan baku dari Tuban perseroan hanya akan menambah biaya sekitar 5 persen dari total penghematan yang bisa dihasilkan oleh pabrik baru.

Oleh karena itu, DB pun masih memberikan rekomendasi beli untuk saham SMGR dengan target harga 12 bulan di Rp12.300. (hm)