Bareksa.com – Lembaga-lembaga keuangan di Indonesia mulai menyampaikan pandangannya terkait kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2017 mendatang. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) pun tak mau ketinggalan.
Berdasarkan pandangan bank asal Malaysia ini, perekonomian Indonesia tahun depan diprediksi masih akan menemui tantangan dari sisi eksternal. Meski demikian, indikasi perbaikan dari sisi domestik menjadi kunci terbukanya ruang pertumbuhan perekonomian Indonesia ke depan.
Hal tersebut disampaikan oleh Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean dalam acara bertajuk Diskusi Bersama Chief Economist CIMB Niaga: Tantangan Pasar Finansial 2017 di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Kamis 22 Desember 2016. Diskusi ini juga sekaligus menjadi pengawal acara Economic Forum 2017 yang akan diselenggarakan oleh CIMB Niaga pada 26 Januari 2017 mendatang.
Dalam acara diskusi tersebut Adrian mengatakan, dari sisi eksternal, prospek kenaikan Fed Funds Rate (FFR) sebanyak tiga kali pada 2017 akan menciptakan tren penguatan Dolar Amerika Serikat secara global. Tren penguatan ini akan berdampak negatif terhadap pelemahan Rupiah dan perekonomian nasional.
Meski demikian, dia menilai kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat serta akan relatif kuatnya mata uang dolar AS belum tentu menguntungkan perekonomian Amerika Serikat. Pasalnya, struktur perekonomian Amerika Serikat masih menunjukkan pelemahan dengan menurunnya tingkat produktivitas, lemahnya dinamika di pasar tenaga kerja, serta masih kurang kuatnya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) secara nominal.
“Hal ini membuka kemungkinan temporernya sifat penguatan mata uang dolar AS di tahun 2017,” ujar Adrian.
Untuk menghindari efek negatif tersebut, Adrian mengungkapkan perlu diberlakukannya kebijakan dari pemerintah yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan modal, menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, serta menjaga angka inflasi pada level yang rendah.
Sementara itu, dari sisi domestik, dia mengatakan semakin banyak indikasi yang menunjukkan perbaikan sejak awal kuartal IV/2016, setelah pada dua tahun terakhir dalam kondisi yang melemah. Menurutnya, harga komoditas mulai bergerak naik, diikuti dengan mulai dinamisnya berbagai indikator permintaan agregat yang terlihat di banyak sektor ekonomi.
“Bergerak naiknya angka pertumbuhan kredit di sektor perbankan ikut menambah indikasi bahwa ruang pertumbuhan perekonomian Indonesia mulai terbuka,” ungkap Adrian.
Optimisme ini, lanjutnya, juga didukung dengan ekspektasi pasar, sebagaimana ditunjukkan oleh kurva yield di pasar obligasi, yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang sedikit lebih baik pada 2017 dibandingkan dengan realisasi 2016.