Bareksa.com - Pertarungan menuju Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 kian sengit. Gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama alias 'Ahok' pun mengambil cuti untuk masa kampanye agar bisa terpilih lagi di periode selanjutnya.
Pada masa kampanye ini, banyak rumor miring terkait SARA yang mencoba menjatuhkan Ahok meski banyak juga para pendukung yang terlampau mengelu-elukannya. Terlepas dari berbagai isu politik yang tersebar, analis Bareksa mencoba menyusuri data kinerja gubernur yang kerap berbicara keras ini sebelum cuti pada tanggal 28 Oktober 2016.
Ahok resmi dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak 19 November 2014, menggantikan Joko Widodo yang terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia. Berduet bersama Jokowi, Ahok menjabat sebagai wakil gubernur selama periode Oktober 2012 - Oktober 2014..
Semasa Ahok menjabat sebagai gubernur, total pendapatan daerah yang diperoleh melonjak tajam. Menurut data Bank Indonesia, realisasi pendapatan 2015 mencapai Rp44,3 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 70 persen sejak tahun 2012, atau sekitar 23,33 persen per tahun.
Jika dilihat, secara semesteran, pertumbuhannya pun cukup signifikan. Pada semester pertama tahun ini realisasi pendapatan mencapai Rp22,9 triliun, naik 29,3 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp17,7 triliun.
Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) di masa Ahok pun melesat 51 persen selama tiga tahun hingga akhir 2015 menjadi Rp33,8 triliun, akibat digenjotnya pendapatan pajak yang menyasar warga kalangan menengah-atas. Sejumlah tarif pajak dinaikkan, termasuk pajak kendaraan bermotor yang mengalami kenaikan tarif progresif menjadi 2 persen per Januari 2015, dari sebelumnya 1,5 persen. Selain itu, pajak hiburan didongkrak 30 persen, dari sebelumnya cuma 20 persen.
Khusus untuk semester pertama tahun ini, PAD mencapai Rp14,6 triliun, atau naik 14 persen dibandingkan dengan pencapaian pada periode sama tahun lalu.
Grafik: Realisasi Pendapatan, PAD, dan Pendapatan Pajak DKI Jakarta
Sumber: Pemprov, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik
Di area kesejahteraan, ternyata juga ada perbaikan. Data per Maret 2016 menunjukkan jumlah warga miskin di Jakarta turun, setelah terus menanjak sejak 2010 hingga 2014. Jumlah penduduk miskin di Jakarta per Maret 2016 tercatat sebanyak 384.300 orang atau turun 4 persen, jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2015.
Meskipun indeks kedalaman kemiskinan penduduk Jakarta pada Maret 2015 meningkat 0,27 persen dibandingkan September 2015, bila memperhatikan data dengan periode yang lebih panjang, baik indeks kedalaman kemiskinan maupun indeks keparahan kemiskinan, menjukkan tren yang menurun.
Hal tersebut terkait relatif sedikitnya jumlah masyarakat miskin yang berada di dekat garis kemiskinan.
Grafik: Angka Kemiskinan Jakarta Semasa Ahok Menjabat
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Dari sisi serapan tenaga kerja, Jakarta di era Ahok juga memperlihatkan ada kemajuan. Tingkat pengangguran di Ibukota pada Februari 2016 turun menjadi 5,8 persen dari level 8,4 persen di Februari tahun 2014.
Grafik: Angka Pengangguran Jakarta Semasa Ahok Menjabat
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Semua data tersebut di atas pun bisa mencerminkan bagaimana ekonomi Jakarta secara umum. Pertumbuhan ekonomi Jakarta sempat melambat kuartal I-2016, tetapi tidak mengurangi kemampuan perekonomian Jakarta dalam menyerap tenaga kerja. Bank Indonesia menjelaskan tenaga kerja ini terutama terserap di sektor-sektor jasa yang memiliki pertumbuhan yang terus meningkat sejak akhir 2013. Namun, serapan dari sektor ini lebih mengarah pada pekerjaan informal yang berpendidikan rendah.
Grafik: Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini membaik dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, setelah sebelumnya melambat seiring dengan pertumbuhan perekonomian nasional yang juga melambat diseret resesi ekonomi global. Jakarta mencatat pertumbuhan ekonomi 5,9 persen pada kuartal kedua tahun ini, membaik dibandingkan dengan 5,3 persen pada kuartal kedua 2015.
Gap pertumbuhan ekonomi antara Jakarta dengan perekonomian nasional melebar, sebagaimana terlihat pada grafik di atas. Pada kuartal kedua tahun lalu, ada selisih sebesar 63 basis poin sedangkan pada kuartal kedua tahun ini selisihnya sebesar 72 basis poin.
Ini menunjukkan ekonomi Jakarta di era Ahok mampu bertahan dari tekanan perlambatan ekonomi nasional sebelumnya hingga kini berhasil menguat, antara lain karena langkah Pemprov menggenjot PAD. (hm)