MARKET BRIEF: Bank Mandiri Beri Kredit Modal Kerja KAI Rp1 Triliun

Bareksa • 29 Sep 2016

an image
Petugas menata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Senin (27/6). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/2016

Indo Tambangraya membentuk sebuah anak usaha baru dibidang pembangkit tenaga listrik

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

Bank Mandiri memberikan kredit modal kerja (KMK) senilai Rp1 triliun kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI). KMK tersebut untuk membantu pembiayaan operasional KAI. Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, penandatanganan perjanjian kredit bertenor 12 bulan tersebut dilakukan sebagai dukungan pembiayaan dan sinergi BUMN.                        

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

Berdasarkan keterbukaan informasi yang dipublikasikan, Indo Tambangraya membentuk sebuah anak usaha baru dibidang pembangkit tenaga listrik dengan nama PT ITM Banpu Power. Pembentukan anak usaha tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan akta pendirian nomor 68 tertanggal 27 September 2016.                        

PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA)

Sinar Mas Multiartha membeli 15 persen saham perusahaan pembiayaan PT Century Tokyo Leasing Indonesia. Grup Sinar Mas ini menyetor modal senilai Rp45 miliar untuk mengempit 45.000 saham Century Tokyo.

Direktur SMMA Kurniawan Udjaja mengatakan, SMMA melakukan penyertaan modal sebesar Rp45 miliar untuk membeli 45.000 saham Century Tokyo. Jumlah penyertaan modal tersebut tidak melebihi 20 persen ekuitas perusahaan                        

PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII)

Emiten anyar, Aneka Gas Industri yang baru saja melantai di PT Bursa Efek Indonesia siap menggelontorkan dana investasi hingga Rp1,2 triliun untuk ekspansi. Direktur Utama Aneka Gas Industri Heyzer Harsono mengatakan perolehan dana hasil IPO sebesar 40 persen akan digunakan untuk belanja modal, 40% untuk pembayaran utang, dan sisanya untuk modal kerja.