Bareksa.com - PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) akan melakukan aksi korporasi penggabungan nilai nominal saham untuk menaikkan harga saham atau yang disebut reverse stock dengan skala 10:1. Reverse stock ini dilakukan sebagai syarat untuk restrukturisasi utang UNSP.
Menurut perseroan, reverse stock tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan jumlah modal namun bisa membuat saham perseroan dapat dipergadangkan kembali dengan harga yang lebih wajar dan lebih mencerminkan fundamental perusahaan.
Maklum saja, saham UNSP sejak lama sudah terbaring di lantai bursa di angka Rp50 per lembar sahamnya. Sebelumnya, induk usaha Bakrie Group, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) juga sudah terlebih dahulu melakukan reverse stock. Namun saham BNBR akhirnya kembali lagi ke Rp50 per lembar. (selengkapnya baca: Induk UNSP Punya Pengalaman Reverse Stock, Begini Historikal Sahamnya)
Selain itu, ada beberapa emiten juga yang melakukan reverse stock saat harga saham mereka Rp50 per lembar layaknya UNSP. Mereka adalah PT Smart Telecom Tbk (FREN) dan PT Buana Listya Tama Tbk (BULL).
Kedua emiten ini pernah melakukan reverse stock masing-masing pada tanggal 6 Februari 2012 dan 12 Maret 2015. Pada saat itu, FREN menggunakan rasio 20:1 dan BULL menggunakan rasio 8:1.
Dengan rasio 20:1 maka saham FREN yang tadinya Rp50 per lembar menjadi Rp1.000 per per lembar. Namun setelah diperdagangkan dengan harga baru, saham FREN langsung anjlok.
Grafik: Pergerakan saham FREN
Sumber: Bareksa.com
Setelah tiga hari diperdagangkan paska reverse stock, saham FREN langsung berada di angka 108 atau turun hampir 90 persen. Setelah itu saham FREN tidak pernah lebih dari Rp100 bahkan bergerak di level Rp50-Rp90 per lembar saham.
Senada dengan saham FREN, PT Buana Listya Tama Tbk juga menjadi Rp300 per lembarnya setelah melakukan reverse stock. Saham BULL sendiri mulai disuspen oleh bursa semenjak tanggal 27 November 2014 karena keterlambatan penyampaian laporan keuangan perseroan.
Grafik: Pergerakan Saham BULL
Sumber: Bareksa.com
Dalam keterbukaan informasi, BEI mencabut suspensi saham BULL untuk sementara hingga 2 Maret 2015 agar saham odd lot bisa dibeli oleh pembeli siaga. Setelah melakukan reverse stock saham BULL saat ini bergerak di kisaran Rp100-Rp150 per lembarnya.
Head of Research NHKorindo Reza Priambada mengatakan pergerakan harga saham setelah reverse stock tergantung dari kinerja dan juga persepsi investor terhadap emiten tersebut. Ia mengatakan aksi ini bisa menguntungkan atau merugikan bagi investor.
"Jadi balik lagi kalau saya lihat tergantung persepsi investor diikuti dengan kinerja emiten, asal kinerja emitennya masih positif," katanya.
Namun, ia mengatakan, jika persepsi investor terhadap saham tersebut masih negatif maka sahamnya akan sulit bergerak. Terkait UNSP, ia menyatakan jika tujuan perusahaan untuk restrukturisasi utang sangat masuk akal. Pasalnya perbankan akan melihat bagaimana performa saham krediturnya untuk menilai apakah itu bisa menjadi penjamin yang cukup memadai.