Tiphone Bantah Akuisisi Simpatindo Sarat Korupsi

Bareksa • 09 Sep 2016

an image
Salah satu gerai PT Telesindo Shop, anak usaha PT TiPhone Mobile Indonesia Tbk (TELE) (company)

Simpatindo yang didirikan pada 2002 lalu bukan anak usaha Telkom atau BUMN lainnya

Bareksa.com - Pengambilalihan PT Simpatindo Multi Media oleh distributor perangkat seluler PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) pada awal tahun 2015 lalu, mengundang tanya. Salah satunya berasal dari Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu Arief Poyuono.

Arief yang kerap menyoroti perkembangan perusahaan-perusahaan BUMN ini menganggap ada kejanggalan dalam transaksi benilai Rp50 miliar itu. Bahkan, Arief menilai adanya praktek korupsi dan merugikan negara dalam transaksi tersebut.

Menurut Arief, Simpatindo merupakan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang pernah berkontribusi besar bagi keuntungan induknya itu. "Karena itu pula Menteri BUMN Rini Soemarno sebaiknya segera mengelar RUPS Luar Biasa di Telkom dengan agenda untuk memberhentikan seluruh Direksi dan Komisaris Telkom," tegas Arief seperti diberitakan beberapa media.

Gusar dengan pernyataan Arief, manajemen Tiphone pun angkat suara. Corporate SecretaryTiphone Semuel Kurniawan menegaskan, akuisisi Simpatindo merupakan transaksi bisnis biasa antar sesama perusahaan swasta yang telah melalui prosedur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Semuel bilang, Simpatindo yang didirikan pada 2002 lalu bukan merupakan anak perusahaan Telkom atau BUMN lainnya, tetapi perusahaan swasta murni. Simpatindo bergerak di bidang perdagangan dan distribusi produk Telkomsel dan Telkom Flexi seperti halnya PT Telesindo Shop, anak perusahaan Tiphone.

“Kami adalah perusahaan publik yang setiap pelaksanaan corporate action selalu dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Termasuk dengan proses akuisisi Simpatindo, semua dilakukan secara transparan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal maupun di Indonesia secara umum,” kata Semuel Kurniawan dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 9 September 2016.

Penyataan manajemen Tiphone juga diperkuat dengan laporan tahunan Telkom. Dalam laporan tahunan 2002 hingga 2015, nama Simpatindo tak pernah muncul sebagai entitas anak Telkom. 

Terkait dengan pengambilalihan tersebut, Tiphone telah melaporkan keterbukaan informasi OJK dan BEI pada 26 Januari 2015. Dalam keterbukaan informasi tersebut, Tiphone menjelaskan mengenai pembelian dan pengalihan waran atas penerbitan 50.000 saham baru dalam Simpatindo yang ditandatangani pada 22 Januari 2015.

Adapun, harga pembelian waran tersebut US$32 juta dan total harga pelaksanaan waran untuk memperoleh 50.000 saham baru Simpatindo sebesar Rp50 miliar. Transaksi tersebut bukan merupakan transaksi material sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Bapepam-LK No. IX.E.2  tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Utama.
 
Mengenai harga pengambilalihan tersebut, Semuel mengatakan bahwa hal itu telah ditetapkan melalui harga wajar dengan pertimbangan-pertimbangan bisnis dan valuasi yang disepakati kedua belah pihak. 

Kinerja Tiphone

Menurut Semuel, pengambilalihan saham Simpatindo tersebut terbukti telah meningkatkan kinerja Tiphone dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham. Pada semester I 2016, Tiphone membukukan pendapatan bersih sebesar Rp12,89 triliun atau naik 42 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut sebagian besar disumbangkan dari pendapatan bisnis voucher yang memberikan kontribusi sekitar 78 persen dari pendapatan Tiphone.
 
Selama enam bulan pertama 2016, Tiphone meraih pendapatan bersih dari segmen bisnis voucher dan kartu perdana sebesar Rp10,01 triiliun atau naik 87,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Peningkatan  pendapatan tersebut merupakan dampak perluasan jaringan distribusi  yang dilakukan Perseroan, salah satunya melalui anak usaha Perseroan, yakni Simpatindo," tambah Semuel.

Pada periode yang sama, kontribusi pendapatan segmen voucher terhadap pendapatan bersih Perseroan mencapai 77 persen,  mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan 59% pada semester I tahun lalu.

Sementara itu, kinerja saham dengan kode TELE itu tak sebaik keuangannya. Sepanjang setahun terakhir mulai 9 September 2015 hingga 8 September 2016, saham TELE mencatatkan return negatif 22,45 persen. 

Sempat menyentuh level tertinggi Rp800 pada 22 Maret 2016, TELE juga pernah berada pada level rendah Rp610 per saham pada 30 Agustus 2016. Dan pada penutupan perdagangan Kamis, 8 September 2016, saham TELE perlahan naik ke level Rp615 per saham. (hm)

Tags:
tele