Bareksa.com – Dalam seminggu terakhir, harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) anjlok seiring dengan rilis kinerja keuangan paruh pertama 2016 yang di bawah ekspektasi. Valuasi saham pun menjadi relatif lebih mahal karena turunnya laba.
Harga saham emiten distributor gas milik negara ini telah turun 6,6 persen pada perdagangan kemarin, 1 September 2016. Hingga pukul 10.23 WIB hari ini, PGAS masih melanjutkan penurunan 0,71 persen ke level Rp2.800. Sementara itu, sejak awal tahun, PGAS membukukan kenaikan 3,5 persen year-to-date. Padahal beberapa waktu lalu, harga saham PGAS sempat reli terdorong sentimen rencana merger dengan Pertamina terkait pembentukan holding energi.
Baca juga: Ini Histori Reli PGAS Akibat Isu Merger dengan Pertamina
Grafik: Pergerakan Harga Saham PGAS Year-to-Date
Sumber: Bareksa.com
Kinerja keuangan paruh pertama 2016 dibandingkan periode sama 2015 dipercaya memberi sentimen negatif pada perdagangan saham kemarin. Meski perseroan membukukan kenaikan pendapatan 1,41 persen menjadi $1,43 miliar atau setara Rp19 triliun, laba bersih PGAS malah turun 49,34 persen menjadi $152 juta atau setara Rp2 triliun.
Grafik: Kinerja Keuangan PGAS 2011 - 2016 (Rp triliun)
Sumber: Bareksa.com
Kim Eng Securities dalam laporan risetnya yang dibagikan kepada nasabah kemarin, menyebutkan tiga hal penyebab penurunan kinerja PGAS kuartal kedua ini yaitu renegosiasi kontrak harga jual gas dengan PLN yang menyebabkan marjin bisnis distribusi gas tumbuh flat, penilaian kembali aset migas oleh auditor baru yang menyebabkan asset impairment dan rugi kurs karena apresiasi mata uang Yen terhadap US$ dipicu Brexit. Sebagai catatan, PGAS memiliki utang jangka panjang dalam Yen dari JBIC sehingga apresiasi mata uang tersebut berpengaruh terhadap keuangan perseroan.
Sementara itu CIMB Niaga menyebutkan penyebab kinerja PGAS yang di bawah ekspektasi dipicu rendahnya volume dari bisnis distribusi gas. Namun, ada catatan positif dari rilis kinerja ini. Selisih (spread) harga jual dan biaya perolehan gas meningkat menjadi US$2,93/MMBTU dibandingkan kuartal pertama tahun ini yang hanya US$2,93/MMBTU. Meskipun renegosiasi harga jual gas dengan PLN mengakibatkan rata-rata harga jual gas lebih rendah, biaya perolehan gas juga turun menjadi US$5,9 dari US$6 pada kuartal sebelumnya sehingga spread meningkat.
Valuasi dan Rekomendasi PGAS
Untuk menilai valuasinya mahal atau murah, Bareksa menggunakan metode PER atau price to earning ratio yang membandingkan harga saham dengan laba bersih per saham yang mampu diraih perusahaan selama satu tahun. Semakin tinggi nilai PER maka semakin mahal harga saham, demikian sebaliknya.
Berdasarkan data historis Bloomberg, valuasi PGAS dengan menggunakan rasio PER trailing twelve month per 9 September 2016 sebesar 15,9 kali, yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan data historisnya sejak 2011. Rata-rata PER periode 2011 - 2015 menunjukkan angka 12 kali, mengindikasikan pada level PER saat ini valuasi relatif lebih mahal.
Grafik: Rasio PE TTM PGAS 2011-2016 (kali)
Sumber: Bloomberg, Bareksa.com
Beberapa riset sekuritas memberikan rekomendasi yang bervariasi untuk saham PGAS. Kim Eng merekomendasikan ‘jual’ dengan target harga Rp1.500 untuk 12 bulan ke depan dan menyebutkan adanya risiko yang menaungi yaitu tertekannya marjin dan intervensi pemerintah. Sementara itu, CIMB Securities merekomendasikan 'tambah' dengan target harga Rp3.010. Namun, Citi Group melabeli saham PGAS 'netral' dengan target harga Rp2.700. (hm)