JP Morgan Revisi Turun Rekomendasi ASII dan UNTR, Mengapa?

Bareksa • 15 Jul 2016

an image
Dua orang model berfoto pada peluncuran mobil Toyota New Camry oleh PT Toyota Astra Motor di Jakarta, Rabu (1/4/2015). (ANTARA FOTO/Audy Alwi)

Menjelang periode pelaporan keuangan, terdapat risiko koreksi harga ASII

Bareksa.com – Dipicu sentimen positif pengesahan UU Pengampunan Pajak (tax amnesty), dana asing mengalir deras ke pasar saham Indonesia dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat rally selama tiga hari berturut-turut sebelum akhirnya terkoreksi 0,98 persen pada penutupan perdagangan kemarin (14 Juni 2016).

Saham-saham blue chip diketahui banyak dikoleksi oleh investor yang ditunjukkan dengan return Indeks MSCI Indonesia Large Caps Index (indeks saham berkapitalisasi besar keluaran Morgan Stanley) sejak pengesahan tax amnesty sebesar 7 persen, lebih tinggi dibandingkan IHSG dengan return 5 persen. Salah satu saham berkapitalisasi besar yaitu PT Astra Internasional Tbk (ASII) juga sempat menjadi primadona dengan kenaikan 6 pesen, dua hari setelah tax amnesty disahkan.

Semenjak awal tahun, saham ASII telah melonjak 18,33 persen year-to-date persen dan mengalahkan kinerja IHSG yang mencatatkan kenaikan 10,68 persen year-to-date. Namun, salah satu sekuritas asing yaitu JP Morgan malah menurunkan rekomendasi ASII dari overweight menjadi neutral. Rekomendasi overweight biasa diberikan kepada saham yang dianggap baik sehingga patut ditambahkan bobotnya ke dalam portofolio sementara rekomendasi neutral tidak menyarankan penambahan ataupun pengurangan bobot.

 Grafik: Pergerakan Saham ASII Year-To-Date

Sumber: Bareksa

Salah satu dasar perubahan rekomendasi ini adalah menjelang periode pelaporan keuangan emiten kuartal II, terdapat risiko kinerja ASII di bawah ekspektasi. Pada kuartal I 2016 lalu, laba bersih ASII anjlok 22 persen. JP Morgan mencatat dalam tujuh kuartal terakhir, kinerja keuangan ASII berada di bawah konsensus. Hal ini karena proyeksi laba oleh analis relatif lebih sulit, akibat adanya volatilitas bisnis komoditas dan ketidakpastian marjin dari bisnis otomotif.

Apabila laporan keuangan ASII kuartal kedua nanti tidak sesuai dengan ekspektasi, terdapat risiko koreksi harga saham. Apalagi dari segi valuasi, saham yang masuk sektor aneka industri ini relatif mahal. Saham ASII saat ini diperdagangkan pada rasio price to earning (PER) 21,15 kali atau melebihi titik tertinggi PER historis. PER membandingkan harga saham dengan laba per saham, semakin tinggi PER maka semakin mahal harganya.

Selain ASII, JP Morgan juga mengubah rekomendasi anak usaha grup Astra yaitu PT United Tractor Tbk (UNTR) menjadi neutral dari overweight. Serupa dengan ASII, menjelang pengumuman laporan keuangan kuartal II 2016, terdapat risiko kinerja keuangan usaha di bidang alat berat itu akan tertekan apalagi di tengah sektor pertambangan yang belum pulih. Selain itu, harga saham UNTR telah meningkat 11 persen dalam sebulan terakhir sehingga valuasinya relatif mahal. Saat ini UNTR memiliki PER 19,74 kali atau tertinggi sejak tahun 2010.

 Grafik: Pergerakan Saham UNTR Year-To-Date

Sumber: Bareksa