Bareksa.com - Di tengah tren kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pasca libur panjang --yang masih terdongkrak sentimen positif dari pengesahan UU Pengampunan Pajak-- sektor perkebunan justru mencatatkan pergerakan negatif. Pada penutupan perdagangan Senin 11 Juli 2016, IHSG naik 1,9 persen ke level 5.069,20 tetapi indeks sektor perkebunan justru anjlok 0,41 persen; bersama sektor aneka industri yang juga terkoreksi 2,21 persen.
Fenomena pelemahan saham-saham emiten terkait perkebunan ini terjadi seiring penurunan harga kontrak minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) yang diperdagangkan di bursa Malaysia sebesar 17 persen ke level RM 2.241 per ton pada 8 Juli lalu, dari sebelumnya RM 2.620 per ton per akhir Mei 2016. Nilai ini merupakan yang terendah selama sembilan bulan terakhir.
Grafik: Pergerakan Harga CPO
Sumber: Bareksa
Terkait anjloknya harga CPO akhir-akhir ini, analis CIMB Securities Ivy Ng dalam laporan risetnya tertanggal 10 Juli 2016 menyebutkan ada beberapa faktor yang berpengaruh.
Faktor pertama adalah turunnya harga kedelai dan minyak kedelai. Membaiknya cuaca di Amerika Serikat, sebagai salah satu produsen kedelai terbesar di dunia, mengurangi risiko rusaknya tanaman kedelai. Departemen Pertanian AS pun memperkirakan luas lahan tanaman kedelai akan bertambah. Rendahnya harga minyak kedelai yang merupakan substitusi minyak kelapa sawit akan memaksa produsen sawit untuk memangkas harga jual agar lebih kompetitif.
Faktor kedua adalah harga minyak mentah (crude oil) yang telah turun 7 persen dalam seminggu terakhir. Hal ini memicu kekhawatiran akan berkurangnya permintaan terhadap biodiesel. Menurut data Bloomberg, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) pada Senin kembali turun ke level $45 per barel setelah sempat menyentuh angka $50 per barel pada bulan sebelumnya.
Faktor penekan harga CPO terakhir adalah stok minyak kelapa sawit yang diperkirakan akan meningkat 4 persen hingga 13 persen di akhir Juli nanti.
Grafik: Kinerja Saham Emiten Perkebunan Sebulan Terakhir
Sumber: Bareksa
Harga CPO yang rendah ini tentunya berdampak negatif pada produsen minyak sawit. Dari lima emiten perkebunan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam sebulan terakhir empat di antaranya membukukan kinerja negatif--terkecuali PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) yang membukukan return 1,79 persen. Harga saham keempat emiten lainnya tercatat anjlok lebih dari 3 persen.
Pada penutupan perdagangan Senin, harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), sebagai emiten perkebunan dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI, telah merosot 2,42 persen dibandingkan level sebelum libur panjang. (kd)