Transformasi Indosat Ooredoo, 2 Sekuritas Asing Target ISAT Hingga Rp8.200

Bareksa • 14 Jun 2016

an image
Presiden Director & CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli (tengah), bersama Chief Marketing Officer Andreas Gregori (kanan) dan Division Head Data Product Marketing Fidesia Noor (kiri) meluncurkan 4Gplus Indosat Ooredoo di Jakarta. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

ISAT kini diperdagangkan pada rasio Enterprise Value to EDITDA (EV/EBITDA) 4,4 kali

Bareksa.com - Setidaknya dua sekuritas asing memasang target harga tinggi atas saham perusahaan telekomunikasi PT Indosat Tbk (ISAT). Rekomendasi tersebut diberikan berdasarkan kesuksesan perseroan untuk menunjukan kinerja keuangan positif di kuartal pertama tahun 2016 pasca perusahaan melakukan rebranding besar-besaran di tahun 2015.

Per Maret, perusahaan ini mencetak pendapatan sebesar Rp6,8 triliun, naik 12 persen dari perolehan periode sama tahun sebelumnya Rp6,0 triliun. Dari pendapatan tersebut, perusahaan berhasil menyisihkan laba bersih Rp217 miliar, membaik dari rugi yang dialami per kuartal I tahun 2015 sebesar Rp455 miliar, sekaligus menghentikan kinerja rugi yang diderita sejak tahun 2013.

Grafik: Pertumbuhan Laba Indosat


sumber: Indosat Tbk, diolah Bareksa

Indosat mengubah nama (rebranding) menjadi Indosat Ooredoo pada bulan November 2015. Aksi ini dilakukan setelah masuknya nama-nama baru di manajemen Indosat seperti Dr. Andreas Gregori (Chief Marketing Officer), Thomas Chevanne (Chief Strategy & Experience Officer), dan Caba Pinter (Chief Financial Officer). Mayoritas nama-nama baru tersebut berpengalaman bekerja sebagai petinggi di induk usaha ISAT yakni Ooredoo Group yang berpusat di Qatar.

Dilihat dari sisi keuangan, di bawah manajemen baru Indosat melakukan beberapa perubahan di antaranya dengan mengurangi eksposur utang dolar dan meningkatkan lindung nilai atas utang-utangnya tersebut. Menurut riset CIMB Securities yang telah dilaporkan kepada nasabah, porsi utang dolar ISAT saat ini (kuartal I 2016) sebesar 21 persen dari total utang, berkurang dari 25,1 persen per kuartal IV 2015.

Selain itu menurut data CIMB, Indosat saat ini telah melakukan lindung nilai atas 91,2 persen utang dolarnya tersebut. Akibatnya, perusahaan terhindar dari risiko fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di kuartal I 2016.

Di awal tahun ini, Indosat malah berhasil mencetak keuntungan selisih kurs hingga Rp310 miliar. Padahal, di periode yang sama tahun sebelumnya ISAT menderita rugi kurs sampai Rp688 miliar. Berkurangnya utang dolar juga berhasil menekan biaya keuangan sebesar 5 persen menjadi Rp599 miliar dari sebelumnya Rp630 miliar.

Operasional Indosat juga menjadi lebih efisien. Total pendapatan perusahaan naik 12 persen sementara beban penghasilan hanya naik 7 persen. Sehingga, marjin laba kotor sukses ditingkatkan menjadi 15 persen dari sebelumnya hanya 10 persen.

Tahun ini ISAT mengalami peningkatan besar dalam hal pemakaian data. Pada kuartal I tercatat pemakaian data sebesar 63.900 terabyte (TB), naik 60,5 persen dari 39.800 TB pada kuartal I 2015. Namun, jumlah pelanggan tidak mengalami peningkatan yang signifikan, yakni hanya 4,9 persen menjadi 69,8 juta pengguna dari kuartal yang sama tahun sebelumnya 66,5 juta pengguna.  

Grafik: Kinerja Operasional ISAT


sumber: Indosat Tbk, diolah Bareksa

Terlepas dari perubahan fundamental perusahaan, dua sekuritas menilai bahwa saham Indosat masih diperdagangkan pada harga yang relatif rendah. Berdasarkan data Deutsche Verdhana Indonesia, ISAT kini diperdagangkan pada rasio Enterprise Value to EDITDA (EV/EBITDA) 4,4 kali. Sementara berdasarkan pantauan Bareksa, nilai tersebut memang lebih rendah dari EXCL dan TLKM yang masing-masing diperdagangkan pada EV/EBITDA 6,07 kali dan 6,90 kali.

Lebih jauh, Deuthsche Verdhana Indonesia menargetkan harga saham ISAT akan naik ke level Rp8.200 per saham dalam 12 bulan kedepan. Sementara itu, CIMB Securities memasang target Rp7.100 di periode yang sama. Kemarin, 13 Juni 2016 saham ISAT ditutup pada harga Rp6.500 per saham, naik 0,39 persen dari penutupan hari sebelumnya.