7 Bank Ditunjuk Tampung Dana Repatriasi, Mana yang Sahamnya Paling Menarik?
Angka NPL terendah dibukukan BTPN dan BBCA, pertumbuhan kredit tertinggi dicatatkan BBNI dan BBRI.
Angka NPL terendah dibukukan BTPN dan BBCA, pertumbuhan kredit tertinggi dicatatkan BBNI dan BBRI.
Bareksa.com - Pemerintah telah mengumumkan tujuh bank ditugaskan menjadi bank presepsi untuk menampung dana program repatriasi pengampunan pajak (tax amnesty). Mereka terdiri dari empat bank BUMN, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Adapun bank swasta yang dilibatkan antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk (BTPN), dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).
Sebenarnya, ada dua bank syariah yang juga akan ikut ditunjuk menjadi bank presepsi. Namun, pemerintah belum menyebutkan nama kedua bank syariah tersebut.
Pengumuman tersebut tentu memberikan sentimen positif terhadap pergerakan harga saham. Dana repatriasi diprediksi dapat memperbesar porsi dana pihak ketiga yang lebih murah, dibanding sumber pendanaan lain seperti surat utang (obligasi). Alhasil, biaya dana bank akan menurun dan diharapkan dapat meningkatkan marjin keuntungan.
Promo Terbaru di Bareksa
Pasca pemerintah mengumumkan nama-nama bank yang akan bertugas sebagai bank presepsi, harga saham tujuh bank di atas serentak menguat signifikan. Sampai dengan penutupan perdagangan Selasa, 12 Juli 2016, harga saham BBRI naik 1,32 persen, BMRI 4,90 persen, BBNI 2,36 persen, dan BBTN naik 5,32 persen. Sementara bank swasta yakni BBCA naik 1,85 persen, BTPN naik 3,25 persen, dan BDMN naik 1,93 persen. (Baca juga: Saham Tujuh Bank Penerima Dana Tax Amnesty Kompak Naik)
Namun, di tengah euforia dana repatriasi, perhatian pelaku pasar kini tertuju pada rendahnya pertumbuhan kredit dan cukup tingginya rasio kredit bermasalah (non performing loan, NPL) di industri perbankan Indonesia. Ini diungkapkan dalam laporan Citi Indonesia yang telah dikirimkan kepada nasabah pada Selasa, 12 Juli 2016.
Kekhawatiran ini muncul karena dana hasil repatriasi, jika tidak dikelola dengan benar, justru dapat memicu kenaikan NPL. Iman Noegroho Seko, Direktur BTN, usai rapat koordinasi membahas tax amnesty di Kementerian Keuangan Senin kemarin, mengatakan bahwa target dana repatriasi yang akan ditampung BTN adalah sebesar Rp30 triliun. Ia mengungkapkan bahwa perseroan akan sangat berhati-hati mengelola dana tersebut dengan tidak menyalurkannya untuk Kredit Perumahan Rakyat (KPR).
Menurut dia, di tengah melambatnya perekonomian dibutuhkan kehati-hatian untuk menyalurkan kredit. Sebagaimana diketahui, risiko gagal bayar dari para peminjam akan jauh meningkat saat kondisi perekonomian sedang melambat. Di tahun 2015, misalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 4,8 persen, turun dari 2014 sebesar 5 persen. Di saat yang sama, NPL industri perbankan mengalami peningkatan ke kisaran 2,5 persen dari 2 persen di 2014.
Dari ketujuh bank yang bertugas menampung dana repatriasi, terlihat beberapa bank memiliki ketahanan lebih baik dengan NPL yang lebih rendah daripada bank lainnya. NPL terendah dimiliki BTPN yakni hanya 1 persen, diikuti BBCA 1,1 persen. Sementara nilai NPL tertinggi dimiliki BBTN dan BDMN masing-masing 3,59 persen dan 3,3 persen. NPL BBTN dan BDMN terbilang cukup tinggi karena segmentasi kredit. BBTN banyak menyalurkan KPR kepada kalangan menengah dan menengah ke bawah. Sementara itu, BDMN banyak dipengaruhi oleh NPL anak usahanya yakni PT Adira Multifinance Tbk (ADMF) yang menyalurkan kredit kendaraan bermotor.
Grafik: NPL & Pertumbuhan Kredit Tujuh Bank Penampung Repatriasi
Sumber: Laporan Bank, diolah Bareksa
Jika dilihat dari sisi pertumbuhan kredit, bank BUMN seperti BBNI dan BBTN mencatatkan pertumbuhan tertinggi, masing-masing sebesar 21,2 persen dan 18,96 persen. Adapun yang terendah adalah BDMN, yakni minus 7 persen dan BMRI 7,9 persen. BBNI membukukan pertumbuhan kredit tertinggi didorong kredit korporasi yang naik hingga 25 persen, sementara kenaikan yang dialami BBTN didorong kredit subsidi yang melonjak 28 persen.
Beberapa bank penampung dana repatriasi ini mencatatkan kinerja positif pada lima bulan pertama di tahun 2016. BMRI membukukan peningkatan laba bersih sebesar 16 persen diikuti oleh BBCA 11 persen dan BBNI 8 persen. Peningkatan yang paling signifikan dialami oleh BBTN, yakni 26 persen, dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.