Rasio Utang Melonjak, Medco Tetap Emisi Obligasi

Bareksa • 03 Jun 2016

an image
Salah satu kilang minyak Medco Energi Internasional Tbk (Company)

MEDC mendapat fasilitas kredit Bank Mandiri yang bersumber dari China Development Bank

Bareksa.com – Dalam daftar Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 34 emiten yang sedang memproses izin aksi korporasi dengan nilai lebih dari Rp57 triliun. Salah satu di antaranya adalah perusahaan yang didirikan Arifin Panigoro yaitu PT Medco Energi International Tbk (MEDC) yang akan mengajukan penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi Tahap I senilai Rp1,5 triliun.

Diberitakan berbagai media, MEDC berencana melakukan emisi obligasi dengan total nilai Rp2 triliun pada Juni tahun ini. Namun, yang diajukan izinnya ke otoritas baru senilai Rp1,5 triliun.

Padahal, sebelumnya grup yang dikabarkan akan mengakuisisi Newmont Nusa Tenggara ini mendapat fasilitas penyaluran dana dari bank pemerintah yang bersumber dari China Development Bank (CDB). Diketahui, CDB mengucurkan pinjaman total senilai $3 miliar kepada tiga bank pelat merah yaitu Bank Mandiri, BNI dan BRI.

Bank Mandiri sebagai salah satu penerima dana CDB kemudian menggelontorkan pinjaman kepada berbagai korporasi, termasuk kepada grup Medco, yaitu PT Medco Energi International sebesar $345 juta dan PT Medco E&P Tomori Sulawesi sebesar $50 juta. (Baca juga: Pinjaman China $3 Miliar untuk Bank BUMN Mengalir ke Korporasi Besar Ini)

Per Desember 2015, jumlah utang MEDC sebesar $2,2 miliar, di mana sekitar $1,6 miliar merupakan pinjaman jangka panjang berbentuk fasilitas kredit dari bank, obligasi dan juga wesel dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel: Pinjaman Jangka Panjang MEDC Per Desember 2015

Sumber: IDX, diolah Bareksa

Dari total $345 juta fasilitas kredit yang dikucurkan Bank Mandiri–bersumber dari CDB–MEDC telah mencairkan $245 juta pada tanggal 23 Desember 2015. Bagi MEDC, Bank Mandiri merupakan bank pemberi pinjaman terbesar di mana lebih dari 50 persen total pinjaman bank berasal dari bank ini.

Bertambahnya pinjaman, memicu rasio utang jangka panjang terhadap modal di akhir tahun 2015 melonjak menjadi 188,41 persen; merupakan yang tertinggi dibandingkan rasio lima tahun sebelumnya. Naiknya rasio utang perusahaan menjadikan risiko yang ditanggung perseroan juga meningkat. Dalam setahun terakhir, Pefindo telah menurunkan rating dan prospek (outlook) MEDC dari idAA- menjadi idA+ dengan outlook negatif. Salah satu faktor pemicu penurunan adalah utang perusahaan lebih tinggi dari yang diproyeksikan, selain harga minyak yang rendah dan struktur permodalan.

Grafik: Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas

Sumber: Bloomberg, diolah Bareksa

Jika MEDC melakukan emisi obligasi seperti yang sedang diproses OJK, maka rasio utang terhadap modal tentunya akan melonjak dan risiko pun meningkat. Dengan rasio utang yang diproyeksikan meningkat, MEDC harus menambah modalnya. MEDC berencana melakukan rights issue senilai Rp4,65 triliun di mana sebesar 70 persennya atau sekitar Rp3,26 miliar akan digunakan untuk pinjaman yang jatuh tempo. Rights issue ini baru akan efektif bila disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 29 Juni 2016 nanti. Sementara sisanya, sekitar Rp1,4 triliun, akan digunakan untuk belanja modal dan potensi akuisisi di masa depan. (kd)