MARKET FLASH: BWPT Terseret Utang Anak Usaha; JSMR Siapkan Obligasi Rp4 Triliun

Bareksa • 26 May 2016

an image
Hamparan perkebunan kelapa sawit terlihat dari udara dengan menggunakan helikopter Bell 207 di Kawasan Aceh Tamiang, Aceh, Senin (21/3). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

WTON catat kontrak baru Rp1,3 triliun; MEDC akan rights issue Rp4,65 triliun.

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.

PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT)

PT Triroyal Trimurraya dan PT Sumber Sarana Power Electric menyeret perusahaan perkebunan BWPT ke pengadilan niaga akibat utang anak usahanya, PT Sawit Sukses Sejahtera (SSS). Kedua perusahaan mengajukan permohonan penundaan pembayaran utang (PKPU) atas BWPT meskipun utang yang dipersoalan adalah atas nama SSS. Dalam permohonan PKPU ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Triroyal mengklaim memiliki piutang sebesar Rp16,62 miliar dan US$206.302, sedangkan Sumber Sarana sebesar Rp1,33 miliar.

Menurut kuasa hukum Triroyal dan Sumber Sarana, kliennya pernah bertemu dengan BWPT guna membahas kontrak SSS Mill Construction Project berdasarkan pemberitahuan per tanggal 24 Juni 2015 dan 31 Juli 2015. Menurut data Bursa Efek Indonesia, BWPT mempunyai saham mayoritas di SSS sebesar 99,9 persen sehingga BWPT bisa dimintai tanggung jawabnya atas utang tertunggak.

Aksi Rights Issue

Penggalangan dana melalui skema penawaran umum terbatas atau rights issue tahun ini berpotensi menembus rekor baru. Berdasarkan pengumuman korporasi hingga Mei 2016, rencana penghimpunan dana melalui penerbitan saham baru diproyeksikan mencapai Rp67,15 triliun.

Nilai yang dibukukan hingga lima bulan pertama tahun ini sudah melampaui penghimpunan dana baik melalui rights issue maupun private placement dalam kurun lima tahun terakhir untuk periode yang berakhir Desember. Terdapat 33 emiten yang siap menggelar rights issue hingga Mei tahun ini. Namun, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru mencatat lima emiten yang merealisasikannya dengan total nilai Rp9,96 triliun hingga pekan pertama Mei 2016.

Obligasi BUMN

Sejumlah badan usaha milik negara mulai menyiapkan aksi korporasi mencari dana alternatif dari penerbitan obligasi selain menggunakan pola lama dengan mengandalkan pinjaman dari perbankan. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) bakal mengeluarkan penawaran umum berkelanjutan obligasi hingga Rp4 triliun pada semester II/2016.

JSMR mungkin akan menggunakan dana tersebut untuk melunasi obligasi jatuh tempo tahun ini Rp1,4 triliun dan belanja modal. Sementara itu, PT Pupuk Indonesia (Persero) menjajaki penerbitan obligasi senilai Rp10 triliun untuk mendanai rencana revitalisasi dan pembangunan pabrik pupuk pada kuartal I/2017.

PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)

WTON optimistis bisa memperoleh kontrak baru senilai Rp4,3 triliun tahun ini. Peluang proyek-proyek yang bisa digarap masih sangat besar. Sepanjang empat bulan pertama tahun ini, WTON mengantongi kontrak baru Rp1,3 triliun atau 30,2 persen dari total target.

Sekretaris Perusahaan WTON Puji Haryadi mengatakan perolehan kontrak baru tersebut tumbuh signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut Puji, sebagian besar kontrak baru yang diperoleh hingga akhir April berasal dari proyek BUMN, kontrak dari induk perseroan 13 persen dan proyek pemerintah 9 persen. Sedangkan kontrak dari swasta masih sangat minim.

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)

MEDC berencana menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue senilai Rp4,65 triliun. MEDC akan melakukan rights issue secara bertahap. Di tahap pertama, MEDC akan melepas sebanyak-banyaknya 3,04 miliar saham dengan harga nominal Rp100 per saham.

Nanti, sekitar 70 persen dari perolehan dana akan digunakan untuk melunasi utang yang jatuh tempo. Lalu, 30 persen sisanya akan dialokasikan untuk belanja modal, termasuk belanja modal yang muncul dari akuisisi aset di masa yang akan datang. (kd)