Penjualan Lahan Industri Surya Semesta Lambat, Bisakah Capai Target?
Pengembang kawasan industri ini menargetkan prapenjualan (marketing sales) tiga kali lipat tahun lalu
Pengembang kawasan industri ini menargetkan prapenjualan (marketing sales) tiga kali lipat tahun lalu
Bareksa.com - Pengembang kawasan industri PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) masih harus bekerja keras dalam menjual lahan di wilayah Karawang. Pada tahun ini, perseroan menargetkan prapenjualan (marketing sales) tiga kali lipat tahun lalu, meski hingga kuartal pertama belum ada catatan penjualan lahan yang masuk dari bisnis kawasan industri.
Investor Relation Erlin Budiman mengatakan tahun ini perseroan menargetkan penjualan lahan seluas 30 hektar, naik tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu yang luasnya 10 hektar. "Belum ada penjualan lahan untuk tahun ini. Target kami masih seluas 30 hektar untuk 2016," ujarnya ketika dihubungi Bareksa.
Proyek SSIA lain seluas 412 hektar yang berada di Subang diperkirakan akan mundur hingga 2019,dari target awal 2017. Hal ini seiring dengan harapan perseroan untuk mendapat manfaat dari pelabuhan Patimban yang berjarak sekitar 15 kilometer dari lahan SSIA.
Promo Terbaru di Bareksa
Laporan riset Mandiri Sekuritas yang telah disampaikan kepada nasabah menilai penundaan ini akan berefek panjang pada pelemahan penjualan lahan industri milik SSIA. Harapan hanya tinggal dari proyek patungan di Karawang yang bisa menjadi penyangga hingga proyek Subang siap dan dapat menjadi pendorong nilai aset SSIA.
SSIA melalui anak usaha PT SLP Surya Ticon Internusa (SLP) -- yang merupakan patungan dengan Mitsui Co. Ltd dan TICON Industrial Connection PLC -- sedang dalam tahap penyelesaian proyek fase 4 di Technopark Karawang. Dalam kerja sama itu, akan dikembangkan lahan seluas 250 hektar.
Kinerja Keuangan SSIA
Sejak awal tahun ini, kinerja SSIA memang terbilang lemah ditekan oleh biaya investasi dan operasional bisnis jalan tol yang belum memberikan kontribusi laba. Melalui anak usaha PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), perseroan membangun proyek jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) dengan total investasi Rp13,7 triliun dan mulai beroperasi resmi sejak 26 Juni 2015.
Selama tahun 2015 Tol Cipali mencatat 25.700 kendaraan berlalu-lalang per hari, dan pada tahun 2016 diharapkan meningkat menjadi 27.300 kendaraan per hari. Untuk meningkatkan lalu lintas di tol tersebut, perseroan memberikan promosi tarif diskon 20-30 persen tarif normal.
Dalam rencana memang jalan tol ini baru akan memberikan untung di tahun 2021. Tahun ini dari bisnis jalan tol diproyeksi SSIA masih menanggung rugi Rp96 miliar.
Seiring dengan kinerja yang masih melambat ini, harga saham SSIA masih dalam tren turun dan sudah merosot 44,6 persen dalam setahun terakhir ini. Pada penutupan perdagangan 20 Mei 2016, harga saham SSIA tercatat di Rp620 per saham, tidak berubah dari level penutupan hari sebelumnya.
Grafik: Pergerakan Harga Saham SSIA
Sumber: Bareksa.com
Mandiri Sekuritas menyarankan investor untuk hati-hati terhadap kinerja SSIA ke depan karena lemahnya penjualan lahan industri dan risiko dari kontrak NRCA dan lalu lintas jalan tol. Bahkan, perkiraan kinerja SSIA tahun ini menurut Mandiri Sekuritas akan lebih rendah 20 persen daripada konsensus analis.
"Saat ini kami masih memberikan rating Netral dan saat ini saham emiten ditransaksikan di pasar dengan valuasi 14 persen terdiskon terhadap replacement cost. Saham SSIA ditransaksikan pada valuasi rasio harga saham per laba (PE ratio) 2016 sebesar 11,1 kali dan terdiskon 62 persen terhadap nilai aset bersihnya (NAV). Saat ini kami sedang menghitung ulang prediksi kinerja perusahaan," tulis riset itu.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.