Bareksa.com - Berikut ini sejumlah berita terkait pasar dan aksi korporasi yang diambil dari sejumlah surat kabar nasional dan keterbukaan informasi.
Moratorium Lahan Pertambangan & Perkebunan
Pemerintah berencana menghentikan sementara pemberian izin untuk lahan pertambangan dan kebun sawit untuk mendorong pengusaha meningkatkan produktivitas melalui intensifikasi. Kebijakan itu tidak terlalu berdampak negatif bagi emiten saat ini karena mereka memang sedang mengerem ekspansi saat harga komoditas lemah.
Moratorium ini dinilai mempengaruhi ekspektasi secara global, akan ada penurunan pasokan. Tanpa pembukaan lahan baru, harga komoditas CPO dan batubara akan membaik. Ini karena Indonesia merupakan salah satu negara produsen CPO dan batubara terbesar.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Castleford Investment Holdings Ltd mengajukan gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) PT Bumi Resources Tbk (BUMI), ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Perusahaan investasi yang berkedudukan di Victoria, Mahe, Seychelles itu adalah kreditur perusahaan pertambangan batubara Grup Bakrie itu.
Untuk BUMI, Castleford memberikan pinjaman US$50 juta berbunga 6,7 persen per tahun pada 30 Desember 2014. Utang itu telah jatuh tempo pada Desember 2015. Sejak jatuh tempo hingga kini, nilai utang tersebut naik menjadi US$ 54,3 juta. Lantaran tak jua dibayar, Castleford lantas mengajukan PKPU.
PT Jasa Marga Tbk (JSMR)
JSMR masih menjajaki pinjaman lagi senilai Rp 5,6 triliun dari total kebutuhan Rp 13,3 triliun. Dana senilai Rp 3 triliun akan digunakan sebagai dana talangan untuk pembebasan lahan dan sisanya Rp 2,6 triliun untuk refinancing utang, yang jatuh tempo tahun ini sebesar Rp 1,2 triliun dan kebutuhan ekspansi lain.
Selain utang bank, JSMR akan merilis obligasi. Baru-baru ini, JSMR meraih utang sindikasi senilai Rp 7,7 triliun. Dana itu untuk membiayai proyek Solo-Ngawi sepanjang 90,1 km dan Ngawi-Kertosono 87,02 km.
PT XL Axiata Tbk (EXCL)
EXCL telah menyuntik dana US$30 juta ke anak usaha bidang e-commerce, yakni Elevenia. Perusahaan ini adalah joint venture antara EXCL dan SK Planet Co Ltd, provider telekomunikasi asal Korea Selatan. Elevenia menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan bisnis, di tengah persaingan e-commerce yang semakin ketat.
Elevenia berdiri pada tahun 2013 dengan modal awal US$ 37,2 juta yang disuntik EXCL dan SK Planet. Pada 2014, transaksi Elevenia sudah mencapai Rp 250 miliar dan tahun lalu nilainya melonjak 420 persen menjadi Rp 1,3 triliun. Tahun ini, Elevenia menargetkan total transaksi Rp 3,5 triliun.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
PTBA membuka peluang pendanaan dari obligasi untuk membiayai ekspansi bisnis energi listrik. Jika harga batubara belum membaik, PTBA akan mengkaji opsi pendanaan dari global bond minimal US$ 500 juta. Namun, bila harga batubara membaik, EBITDA akan meningkat sehingga tidak perlu menerbitkan utang.
Hingga tahun 2019, PTBA menargetkan bisa mengoperasikan pembangkit listrik berkapasitas 2.000 mega watt. Jika setiap 1 MW bisa menghasilkan pendapatan Rp 1 miliar, maka dari pembangkit listrik, PTBA bisa meraih Rp 2 triliun.
PT Buana Listya Tama Tbk (BULL)
BULL belum bisa merealisasikan rencana penggabungan nilai nominal saham alias reverse stock. Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai, BULL belum memiliki informasi jelas terkait rencana aksi korporasi usai reverse stock, yang bisa meningkatkan nilai perusahaan.
BULL juga belum menyerahkan laporan keuangan kuartal ketiga 2015 dan kuartal keempat 2015. BULL memang berencana mengubah nilai nominal saham lewat reverse stock dengan rasio 4:1. Rencana reverse stock itu tertuang dalam agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Buana Listya pada 9 Mei mendatang.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
BBNI menjadi salah satu yang tertarik membeli aset milik Standard Chartered Bank, berupa sebagian saham di PT Bank Permata Tbk (BNLI). Sumber Kontan membisikkan, bank berlogo 46 itu baru-baru ini telah melakukan komunikasi awal dengan pihak Standard Chartered untuk membeli saham Bank Permata. Namun ia tak merinci berapa porsi saham Bank Permata yang diincar BNI.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni membantah kabar tersebut. Meski demikian, BNI sudah memasukkan rencana akuisisi bank dalam rencana bisnis bank (RBB) tahun 2016. BNI menganggarkan dana akuisisi hingga Rp 3 triliun.Saat ini, porsi kepemilikan saham Standard Chartered di Bank Permata sebanyak 44,56 persen. Porsi yang sama juga dimiliki oleh pemegang saham Bank Permata lain, yakni PT Astra International Tbk (ASII).
PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA)
RMBA berencana menerbitkan 36,84 miliar lembar saham baru melalui mekanisme rights issue. RMBA berencana meningkatkan modal dasar dari Rp1,07 triliun menjadi Rp5,5 triliun. Dana rights issue akan digunakan untuk membayar sebagian utang kepada Rothmans Far East B.V. dan untuk keperluan usaha lain.
Pinjaman itu diperoleh pada 2013 tanpa agunan dengan nilai Rp5,3 triliun. Pada 2014, perseroan telah mencairkan pinjaman tersebut dengan tingkat bunga mengambang 6 bulan JIBOR + 2,7 persen per tahun. Bila menggunakan harga saham sekarang Rp450 per lembar, perseroan bakal menerbitkan saham baru 36,84 miliar lembar, maka perolehan dana diproyeksi dapat mencapai Rp16,2 triliun.
PT Astra International Tbk (ASII)
Kinerja penjualan kendaraan bermotor (mobil dan motor) yang berada di bawah naungan Grup Astra pada kuartal pertama tahun ini mencapai 1,21 juta unit, turun tipis pada periode yang sama tahun lalu yakni sebanyak 1,23 juta unit. Hal itu seiring dengan daya beli masih melemah dan ekonomi melambat sesuai prediksi pelaku industri.
Pada kuartal I/2016 penjualan mobil hanya sebanyak 127.263 unit, turun dari capaian kuartal I/2015 yakni sebanyak 137.209 unit. Tiga bulan pertama tahun ini, penjualan merek Daihatsu hanya menyentuh angka 42.452 unit, turun dari capaian periode yang sama tahun lalu yakni sebanyak 45.317 unit. Penurunan penjualan itu memaksa perusahaan melakukan penyesuaian produksi.