Inilah Strategi Keuangan Direktur Tugu Reasuransi Peroleh Kenaikan Laba 171%
Kenaikan laba membuat ROE Tugu-Re juga naik menjadi 40%
Kenaikan laba membuat ROE Tugu-Re juga naik menjadi 40%
Bareksa.com – Dukungan terhadap industri reasuransi domestik dari OJK menjadi momentum peningkatan porsi asuransi jiwa (life) dalam portofolio PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) yang kinerjanya pada tahun lalu meningkat tajam.
Pada tahun 2016 ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai menerapkan peraturan POJK Nomor 14 tahun 2015 mengenai kewajiban bagi perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah untuk memperoleh dukungan reasuransi 100 persen dari reasradur dalam negeri untuk pertanggungan yang memiliki risiko sederhana.
Terkait dengan peraturan tersebut, Presiden Direktur Tugure, Moro W. Budhi menanggapinya sebagai sebuah hal yang positif bagi industri asuransi dalam negeri pada acara ulang tahun Tugure, 5 April 2015.
Promo Terbaru di Bareksa
“Kebijakan relaksasi 100 persen pada reasuransi lokal (dalam negeri) merupakan sebagai momentum untuk meningkatkan produk asuransi jiwa (life insurance) yang saat ini hanya sekitar 8 persen dari portofolio.” ungkap Moro.
92 persen portofolio premi memang berasal dari produk asuransi non life. Tahun ini Tugure menargetkan premi yang berasal dari produk life akan tumbuh 30 persen, sehingga kontribusi dari portofolio akan naik menjadi 10-11 persen.
Kenaikan ini tidak akan mengubah strategi investasi sebagaimana diungkapkan Direktur Keuangan Tugure, Dradjat Irwansyah. Pasalnya meskipun akan tumbuh tinggi kontribusi produk life masih kecil. Di luar itupun sebetulnya kinerja underwriting Tugure meningkat signifikan tahun lalu meskipun pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan.
Hasil underwriting melesat 385 persen menjadi Rp184,4 miliar. Hal ini disebabkan klaim perusahaan turun cukup signifikan yang tercermin dari turunnya loss ratio menjadi 76 persen dari tahun sebelumnya 94 persen. Ditargetkan angka loss ratio akan tetap di level 70-an persen, tambah Dradjat.
Pertumbuhan ini membuat RBC Tugure tahun lalu lompat menjadi 183 persen dari sebelumnya 142 persen. Kenaikan ini sepenuhnya berasal dari kinerja perusahaan karena suntikan modal Rp65 miliar baru direncanakan akan terealisasi tahun ini.
Selain peningkatan kinerja operasional, hasil investasi Tugure juga masih bisa naik menjadi Rp92,2 miliar dari tahun sebelumnya Rp91,39 miliar, di tengah turunnya kinerja produk-produk pasar modal.
Data Bareksa menunjukan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun lalu --yang digambarkan pada garis hijau muda-- amblas 12 persen. Koreksi juga terjadi pada produk obligasi yang tercermin dari naiknya yield obligasi pemerintah benchmark 10 tahun menjadi hampir 9 persen dari sebelumnya di bawah 8 persen.
Grafik: Pergerakan IHSG dan Yield Obligasi
Sumber: Bareksa.com
Kinerja ini membuat rasio Return on Equity (ROE) Tugure tahun lalu melesat menjadi 40,3 persen dari sebelumnya 23 persen. Ditopang naiknya laba bersih 171 persen menjadi Rp189 miliar. Angka ROE ini jauh melebihi rata-rata industri reasuransi yang hanya 26,3 persen.
Dradjat menjelaskan tahun lalu dalam strategi pengelolaan investasi, Tugure banyak memindahkan aset deposito ke obligasi untuk memperoleh hasil investasi yang lebih besar saat pasar modal sedang terkoreksi. Strategi ini juga didukung dengan peningkatan kinerja underwriting yang membuat kebutuhan likuiditas berkurang sehingga tim investasi bisa menempatkan dana di produk yang jangka waktunya lebih panjang.
Dalam laporan keuangan memang menunjukan porsi investasi obligasi tahun lalu meningkat 35 persen Rp888,3 miliar dibanding pada tahun 2014 dari Rp657,8 miliar.
Hal ini juga yang membuat rendahnya pengaruh aturan OJK No 1 Tahun 2016 yang mengharuskan minimal 20 persen dari seluruh investasi perusahaan reasuransi ditempatkan pada Surat Berharga Negara (SBN) pada tahun 2017. Batasan ini lebih kecil dibandingkan dengan asuransi jiwa dan dana pensiun yang minimal harus menempatkan 30 persen dari seluruh investasi ke SBN.
Dradjat menjelaskan bahwa saat ini total investasi perusahaan pada obligasi pemerintah sekitar 27 persen. Momentum aturan ini justru dimanfaatkan Tugure untuk merealisasikan keuntungan di obligasi korporasi. Hal ini juga untuk memenuhi target Return on Investment (ROI) yang besar yakni 10 persen pada tahun 2016 ini.
Selain itu juga Drajat menjelaskan manajemen juga mengantisipasi pengaruh pendapatan lain-lain tahun lalu yang melesat menjadi Rp34,5 miliar dari sebelumnya Rp1,4 miliar. Kenaikan itu terjadi imbas dari penguatan dolar Amerika yang membuat Tugure memperoleh untung kurs.
Tahun ini saat rupiah diproyeksi menguat, tentunya manajemen berusaha meningkatkan kinerja agar impaknya tidak terlalu besar terpengaruh di bottom line. Tahun ini hasil underwriting ditargetkan mencapai Rp202 miliar atau naik 18 miliar. Sementara target hasil investasi juga naik Rp3 miliar menjadi Rp95 miliar. (np)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.