Lepas dari Daftar Negatif Investasi, Timur Tengah Incar Bisnis Bioskop RI

Bareksa • 01 Apr 2016

an image
Kepala BKPM Franky Sibarani memberikan keterangan pers seusai mengikuti rapat kabinet terbatas bidang ekonomi di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/9). Rapat tersebut membahas soal penanaman modal asing atau Foreign Direct Investment (FDI) serta kemudahan berusaha di Indonesia. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

Menurut data Badan Ekonomi Kreatif, saat ini Indonesia baru memiliki 1.000 layar bioskop.

Bareksa.com - Setelah pemerintah mencabutnya dari Daftar Negatif Investasi, industri bioskop kini mulai dilirik investor asing. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan pada Jumat 1 April 2016 ada investor dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yang berminat menanamkan modal di bidang pertunjukan film. 

Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari sebuah konglomerasi 80 perusahaan besar dan menengah yang berbasis di Abu Dhabi. Hal ini menambah daftar negara yang berminat masuk ke bisnis bioskop di Indonesia. Sebelumnya, Korea Selatan dan Taiwan telah menyatakan minat yang sama.

Franky menyampaikan ketertarikan ini didasari oleh rencana pemerintah membuka semua bidang perfilman seperti jasa teknik, produksi, distribusi dan eksebisi bioskop, untuk 100 persen kepemilikan asing. "Mereka melihat ini sebagai peluang investasi yang menjanjikan, mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar," ujarnya.

Ia menambahkan, masuknya investasi dari negara-negara tersebut akan menambah variasi pilihan atas bioskop di Indonesia. Menurut data Badan Ekonomi Kreatif saat ini Indonesia baru mempunyai sekitar 1.000 layar bioskop. Ini tidak seimbang dengan besarnya jumlahnya penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta.

"Beijing dengan jumlah penduduk sekitar 15 juta memiliki 5.000 screen. Kita tidak perlu sama dengan Beijing tapi minimal Indonesia mempunyai 5.000- 6.000 screen untuk memenuhi kebutuhan tersebut," dia melanjutkan.

Ia mengatakan saat ini perusahaan dari UEA itu sedang mencari lokasi yang potensial di Indonesia. Strategi yang akan diterapkan adalah dengan mengintegrasikan bioskop dengan pusat perbelanjaan sebagaimana yang telah mereka jalankan. "Untuk itu perusahaan membutuhkan informasi tentang mal yang sedang dan akan dibangun maupun yang belum memiliki fasilitas gedung bioskop di Indonesia guna menjalin kerjasama," kata Franky.

Pejabat Promosi Investasi Kantor Perwakilan BKPM di Abu Dhabi, Agus Prayitno, mengemukakan investor belum menjelaskan mengenai detail investasinya. Namun, ia mengutarakan perseroan menyiapkan dana sebesar AED5 juta atau Rp18 miliar untuk pembangunan setiap layar.

Selama ini negara-negara Timur Tengah masih berada di papan tengah daftar peringkat negara-negara yang menanamkan modal di Indonesia. Apabila merujuk pada data rencana investasi yang dirilis BKPM periode Januari-Desember 2015, Iran menempati peringkat ke-8 dengan nilai rencana investasi Rp50 triliun, Yordania ke-16 dengan Rp3,3 triliun, UEA ke-19 dengan Rp2,5 triliun, kemudian Saudi Arabia ke-22 dengan Rp1,6 triliun. (kd)