Bareksa.com – Belakangan isu akuisisi Newmont kembali berhembus setelah adanya pertemuan tertutup antara Presiden Joko Widodo dengan Arifin Panigoro (pendiri Medco International) beserta Hilmi Panigoro, Muhammad Lutfi (bekas Menteri Perdagangan yang juga Komisaris Grup Medco), dan bankir investasi.
Kabar akuisisi PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) oleh Medco ini telah terdengar semenjak tahun lalu. Ketika itu Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menyebutkan bahwa Arifin Panigoro akan mengakuisisi 76 persen saham NNT seharga US$2,2 miliar.
Meskipun belum ada konfirmasi resmi, niat Grup Medco ini telah terpantau media. Bloomberg pada 18 Maret lalu memberitakan bahwa konsorsium yang dipimpin oleh bankir investasi senior Agus Projosasmito ini tengah mencari pinjaman sebesar US$1 miliar untuk mengakuisisi NNT.
Selain itu, CEO Newmont Mining, Gary Goldberg, mengatakan pada 29 Februari lalu bahwa perusahaannya dan Sumitomo tengah berdiskusi dengan pihak tertentu yang memiliki niat serius, meskipun perundingan belum mencapai titik final. Sumitomo sendiri merupakan salah satu pemegang saham NNT melalui Nusa Tenggara Partnership B.V. (Baca juga: Panigoro dan Kiki Barki dari Harum Energy Cari Pendanaan untuk Beli Newmont)
Potensi NNT memang cukup besar sehingga tak mengagetkan bila Arifin Panigoro melirik produsen tembaga dan emas tersebut. Untuk mendapatkan gambarannya, analis Bareksa menelusuri keuntungan yang didapat Grup Bakrie melalui PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), yang merupakan pemegang saham tak langsung NNT.
Grafik: Kepemilikan Saham Newmont Nusa Tenggara
Sumber: Perseroan
BRMS, perusahaan batu bara milik Bakrie, tercatat mempunyai saham NNT melalui PT Multi Daerah Bersaing (MDB) dengan kepemilikan efektif sekitar 18 persen. BRMS menguasai 75 persen kepemilikan saham MDB, sedangkan sisanya dimiliki oleh Pemda Nusa Tenggara Barat. MDB pada 2009 membeli 24 persen saham NNT dengan total US$884,6 juta.
Dengan menggunakan metode ekuitas, nilai investasi BRMS menjadi US$1.047 juta pada kuartal III 2015. Ini berarti potensi keuntungan dari selisih nilai investasi mencapai US$162 juta atau setara Rp2,2 triliun--dengan asumsi kurs Rp13.300 per dolar AS. Angka ini belum ditambah dividen yang dibagikan oleh NNT.
Total dividen yang diterima BRMS selama periode 2009-11 mencapai US$241 juta atau setara Rp3,2 triliun. Namun, pada periode 2012-14, NNT tidak membagikan dividen dikarenakan raihan laba yang sangat kecil atau negatif.
Grafik: Nilai Investasi, Porsi Laba dan Dividen NNT terhadap BRMS (US$ Juta)
Sumber: IDX, diolah Bareksa
Dengan demikian hingga kuartal III 2015, jumlah keuntungan yang diperoleh BRMS dari keuntungan nilai investasi ditambah pembagian dividen mencapai US$403 juta atau sekitar Rp5,4 triliun.
Alhasil, jika Grup Medco memiliki 76 persen saham Newmont sejak 2009, maka potensi keuntungan yang didapat bisa mencapai US$1.276 atau setara Rp16,9 triliun. (kd)