Bareksa.com- Sejumlah emiten membuat berita menggemparkan sepanjang tahun lalu, sehingga harga saham mereka ikut bergejolak, salah satunya Grup Rajawali. Grup usaha yang dikendalikan oleh taipan Peter Sondakh ini telah membuat manuver dengan rencana penjualan saham di sejumlah perusahaannya seperti PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI). Namun, rencana itu belum dapat tewujud hingga saat ini. (Baca juga: Saham Terheboh 2015: TAXI, TRAM, SIAP, dan BWPT)
Lalu bagaimana perkembangan saham-saham tersebut tahun 2016?
Sejak awal tahun hingga penutupan sebelumnya, sharga aham BWPT telah meningkat sebesar 28,9 persen menjadi Rp178 dari sebelumnya Rp138.
Kenaikan harga saham BWPT seiring dengan kabar akuisisi oleh Felda pun kembali menyeruak.
Akhir Januari lalu Felda Investment Corp dikabarkan masih berniat membeli perusahaan sawit milik grup Rajawali ini dan meminta diskon 10-15 persen dari harga awal US$680 juta untuk mengakuisisi 37 persen saham BWPT. Setelah diskon 15 persen pun, nilai akuisisi Felda yang diperkirakan akan sebesar US$ 578 juta terhitung lebih tinggi dari harga saham BWPT saat ini.
Jika menggunakan asumsi kurs 1 US$ = Rp14.000, harga akuisisi yang harus dibayar Felda mencapai Rp694 per lembar atau hampir empat kali lipat harga pasar saham.
Grafik: Pergerakan Harga Saham BWPT Secara Year to Date (YTD)
Sumber: Bareksa.com
Terpantau empat broker pembeli sekaligus penjual terbesar saham BWPT secara year to date (YTD) merupakan broker yang sama.
Lautandhana Securindo (YJ) memborong saham BWPT sebanyak 1,3 juta lot, pada harga rata-rata Rp164,8 per sham, sehingga nilai transaksi menvapai Rp2,3 miliar. Namun, YJ menjual kembali saham BWPT sebanyak 1,3 juta lot dengan nilai transaksi Rp2,4 miliar.
Selain YJ, tiga broker lainnya juga terpantau menjadi pembeli sekaligus penjual terbesar berikutnya, seperti Daewoo Securities (YP), Indopremier securities (PD) dan UOB Kay Hian Securities (AI).
Tabel: Broker Pembeli Sekaligus Penjual Terbesar Saham BWPT
Sumber: Bareksa.com
Sementara itu, pergerakan harga saham TAXI terus terjun sebesar 14,3 persen secara YTD, padahal 5 Januari 2016. Padahal, harga bahan bakar yang menjadi salah satu komponen biaya operasional Express Taxi itu turun. Harga bensin jenis Premium turun menjadi Rp 6.950 per liter dari harga semula Rp 7.300 per liter.
Head of Research Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan faktor penggerak harga saham armada taksi ini bukan lagi harga BBM melainkan tingginya minat masyarakat menggunakan armada online, seperti Gojek, Grab Bike dan Uber.
"Selain itu perusahaan penyedia jasa transportasi online tersebut hadir dengan promosi tarif yang jauh lebih murah, sehingga membuat pelanggan taksi beralih. Apalagi di tengah kondisi perlambatan ekonomi, di mana daya beli masyarakat menurun," katanya ketika dihubungi Bareksa.com.
Dengan persaingan seperti ini, Satrio menilai pendapatan TAXI pasti tergerus, dan mengakibatkan minat investor terhadap saham keduanya belum kembali.
Grafik: Pergerakan Harga Saham TAXI Secara Year to Date (YTD)
Sumber: Bareksa.com
Sama halnya dnegan BPWT, transaksi pembelian dan penjual terbesar dilakukan oleh broker yang sama.
YJ kembali terpantau menjadi pembeli terbesar dengan melakukan pembelian 1,5 juta lot saham, pada harga rata-rata Rp 92,1 per saham sehingga nilai transaksi mencapai Rp13,4 miliar.
Namun, YJ juga menjual kembali saham YJ pada harga Rp92,2 per saham dengan jumlah saham mencapai 1,5 juta lot. Sehingga transaksi penjualan ini mencapai Rp13,8 miliar.
Empat pembeli dan penjual terbesar berikutnya dilakukan YP, MNC Securities (EP), PD, dan Mandiri Sekuritas (CC)
Tabel: Broker Pembeli Sekaligus Penjual Terbesar Saham TAXI
Sumber: Bareksa.com
Sementara harga saham, Grup Rajawali lainnya, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) mengalami kenaikan harga saham sebesar 13,5 persen menjadi Rp84 dari sebelumya Rp74.
Kenaikan harga saham META terdorong rencana PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) yang akan mengakuisi 71 persen saham perusahaan infrastruktur milik taipan Peter Sondakh itu dengan nilai transaksi sekitar Rp2,2 triliun, padahal berita tersebut telah menyeruak sejak tahun lalu dan belum ada kelanjutannya.
Grafik: Pergerakan Harga Saham META Secara Year to Date (YTD)
Sumber: Bareksa.com
Dalam transaksi jual beli saham META, YP yang menjadi pembeli sekaligus penjual terbesar secara YTD dengan melakukan pembelian sebanyak 2,6 juta lot senilai Rp21,6 miliar dan menjual kembali saham META sebanyak 1,7 juta lot senilai Rp13,6 miliar.