Krisis Perbankan China 400% Lebih Buruk Dibanding Krisis Subprime Morgage AS

Bareksa • 11 Feb 2016

an image
Indeks di saham China mengalami penurunan (13abc.com)

Krisis ini bisa memicu krisis keuangan global.

Bareksa.com - Problem kredit di China sepertinya akan menjadi permasalahan besar bagi ekonomi dunia. Kerugian perbankan di Negeri Tirai Bambu itu diperkirakan bisa 400 persen lebih besar dibanding kerugian perbankan Amerika Serikat saat krisis Subrime Mortgage.

Fund Manager Hayman Capital, Kyle Bass, dilansir CNBC, Kamis 11 Februari 2016 mengungkapkan permasalahan perbankan di China bisa memicu krisis ekonomi global. Bass sendiri terkenal karena prediksinya terhadap sektor perumahan yang akan memicu krisis keuangan global pada 2008.

"Serupa dengan sistem perbankan Amerika Serikat dalam memicu krisis keuangan global, sistem perbankan China juga telah memancing pengaruh besar, perubahan peraturan dan juga spekulasi," katanya.

"Kerugian sistem perbankan bisa mencapai 400 persen dari yang dialami Amerika saat Subprime Crisis," katanya.

Sistem perbankan China telah bertumbuh hingga US$34,5 triliun dari segi aset dalam 10 tahun terakhir. Padahal sebelumnya nilai perbankan China hanya US$3 triliun.

Perbankan China, menurut dia, akan kehilangan sekitar US$3,5 triliun atau 10 persen dari total aset yang ada saat ini. Namun secara historikal, China telah kehilangan lebih dari 10 persen selama siklus non performing loan (kredit macet).

Padahal, menurut Bass, perbankan Amerika Serikat hanya kehilangan US$650 miliar saat krisis keuangan global. Bass mengatakan sistem perbankan China pernah menderita kerugian sekitar 30 persen dari PDB dari 1998 hingga 2001.

"Perlu diingat 30 persen dari PDB China mencapai US$3,6 triliun," katanya.