MARKET FLASH: WIKA Akan Bangun PLTG Kereta Cepat; ADHI Akan Tarik Utang Rp10T

Bareksa • 03 Feb 2016

an image
Kereta Commuterline relasi Jakarta Kota-Tanjung Priok saat menunggu calon penumpang di Stasiun Jakarta Kota, Jakarta, Senin (21/12/2015). (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

EXCL siapkan capex tahun ini Rp7 triliun, NISP catat laba Rp1,5 triliun 2015

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

WIKA sebagai salah satu anggota konsorsium proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas guna memasok kebutuhan listrik untuk proyek itu dan kawasan sentra ekonomi sekitarnya. WIKA akan berdiskusi dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk menyediakan sumber tenaga listrik. Bintang Perbowo Direktur Utama WIKA memaparkan jika proyek PLTG disetujui, pembangunannya akan berbarengan dengan proyek kereta cepat yang akan selesai pada 2018.

Pasokan sumber gas, lanjutnya, harus dirapatkan dulu bersama Perusahaan Gas Negara (PGN/PGAS). Berdasarkan perhitungan, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membutuhkan 75-100 megawatt selama kereta beroperasi 18 jam. Proyek pembangunan PLTG ini menjadi salah satu penunjang Transit Oriented Development (TOD), yaitu sentra ekonomi di koridor Jakarta-Bandung.

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)

ADHI berencana menarik pinjaman dari konsorsium bank milik negara senilai Rp10 triliun pada semester II/2016 guna mendanai proyek kereta ringan (light rail transit/LRT). Direktur Utama ADHI Kiswodarmawan mengatakan perusahaan konstruksi itu telah mendapatkan komitmen pinjaman dari sejumlah bank negara, termasuk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk senilai Rp10 triliun.

Kiswodarmawan mengatakan pinjaman dari bank negara tersebut belum segera digunakan karena perseroan masih memiliki dana yang berasal dari penerbitan saham baru (right issue) senilai Rp2,74 triliun. Seperti diketahui, ADHI melakukan right issue pada kuartal III/2015 setelah perusahaan mendapat persetujuan untuk mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp1,4 triliun dalam APBN Perubahan 2015.

PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA)

GPRA membidik pendapatan prapenjualan sebesar Rp600 miliar sepanjang tahun ini, naik 20 persen dibandingkan dengan realisasi sepanjang tahun lalu Rp500 miliar. Arvin Iskandar, Managing Director GPRA, mengatakan penjualan properti tahun ini akan meningkat dibandingkan dengan 2015 karena paket kebijakan ekonomi yang diumumkan tahun lalu perlahan mulai berjalan tahun ini.

Untuk memenuhi target, perusahaan properti itu akan mengandalkan sejumlah proyek. Arvin menyebut, pada pertengahan tahun ini perseroan akan meluncurkan proyek superblok West Town di Cengkareng, Jakarta Barat.

Bond Futures

Menyusul reaktivasi kontrak berjangka indeks efek (KBIE) LQ45, Bursa Efek Indonesia sedang mematangkan produk derivatif kontrak berjangka obligasi pemerintah. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Alpino Kianjaya menuturkan inovasi produk merupakan salah satu upaya pihaknya untuk memperdalam pasar modal Indonesia.

Produk yang dimaksud Alpino adalah kontrak berjangka obligasi pemerintah atau government bond futures. Dia mengatakan kemungkinan peluncuran akan dilakukan 3 bulan-4 bulan ke depan karena sekarang sudah ada pangsa pasarnya.  

PT XL Axiata Tbk (EXCL)

EXCL tahun ini mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 7 triliun, setara alokasi anggaran capex tahun lalu. Padahal di tahun 2015, manajemen hanya menyerap belanja modal Rp 4,1 triliun. EXCL akan menggunakan belanja modal tahun ini untuk ekspansi layanan data, digitalisasi dan ekspansi anak usaha.

Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini optimistis, kinerja EXCL tahun ini akan lebih baik. EXCL akan fokus ekspansi ke sektor e-commerce melalui situs jual beli elevenia.com. Di situs ini, operator telekomunikasi yang mayoritas sahamnya milik Malaysia ini akan menambah modal. EXCL juga akan merambah bisnis periklanan dengan mengakuisisi perusahaan periklanan berskala Asia, Adknowledge.

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN)

BDMN sudah menjual 2,93 persen saham PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) ke enam pihak. Penjualan saham ADMF tersebut merupakan upaya BDMN menambah free float. BDMN menjual 29,3 juta saham ADMF dengan harga Rp 2.600 per saham di pasar negosiasi.

Pembeli saham ADMF terbanyak adalah Panin Asset Management sebanyak 28 juta saham. Sisanya dengan pembelian di bawah 1 juta saham adalah Asuransi Jiwasraya, Syailendra Capital, Yayasan Kesehatan Bank Mandiri, Sucorinvest Asset Management dan Permodalan Nasional Madani. Usai penjualan ini, kepemilikan saham BDMN di ADMF masih 92,07 persen.

PT First Media Tbk (KBLV)

KBLV memberikan fasilitas pinjaman kepada anak usahanya PT Mitra Mandiri Mantap sebanyak-banyaknya Rp 160 miliar. Ini pinjaman kedua KBLV kepada Mitra Mandiri. Harianda Noerlan, Direktur dan Sekretaris Perusahaan KBLV, mengatakan, pemberian pinjaman tersebut untuk pengembangan usaha dan peningkatan kegiatan usaha Mitra Mandiri Mantap.

KLBV menandatangani perjanjian utang dengan Mitra Mandiri pada 29 Januari 2016 lalu. Pinjaman ini dapat dikonversi menjadi saham. Adapun jangka waktu pinjaman berlaku selama tiga tahun terhitung sejak 29 Januari 2016. Pinjaman tersebut akan diberikan secara bertahap. Tahap pertama akan diberikan sebanyak-banyaknya Rp 32 miliar yang akan dicairkan setelah perjanjian ditandatangani. Tahap kedua akan diberikan sebanyak-banyaknya Rp 128 miliar yang akan dicairkan pada atau sebelum 31 Maret 2016.

PT OCBC NISP Tbk (NISP)

NISP mencatatkan laba bersih senilai Rp1,5 triliun sepanjang tahun lalu. Pendapatan bunga bersih dan operasional non bunga perseroan turut meraup kenaikan sepanjang 2015. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan pertumbuhan kinerja perseroan itu menggambarkan pertumbuhan bisnis tetap solid meskipun tahun lalu penuh tantangan dari sisi domestik dan global.

Kemarin, emiten bank itu merilis kinerja sepanjang 2015 yang menunjukkan tren positif. Dari segi laba bersih, perseroan mencatatkan pertumbuhan sebesar 13 persen menjadi Rp1,5 triliun dibandingkan dengan 2014 yang senilai Rp1,33 triliun. Dari segi pendapatan, dua jenis pendapatan baik dari sisi bunga maupun operasional sama-sama mencatatkan pertumbuhan. Untuk pendapatan bunga bersih naik sebesar 18 persen menjadi Rp4,41 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan untuk pendapatan operasional ikut naik sebesar 18 persen menjadi Rp5,27 triliun dibandingkan dengan 2014.