Baerksa.com - Perlambatan ekonomi pada 2015 ikut menekan kinerja perusahaan otomotif PT Astra International Tbk (ASII). Raksasa otomotif Indonesia ini hanya mampu menjual kendaraan sebanyak 510 ribu unit, turun 16 persen dari tahun sebelumnya. Walhasil, pendapatan pun turun 8 persen menjadi Rp138 triliun dari sebelumnya Rp150 triliun.
Akankah tekanan tersebut terulang pada 2016?
Mengutip laporan riset Citigroup yang telah dipublikasikan kepada nasabah 22 Januari 2016, sejumlah sinyal positif potensi peningkatan penjualan Astra sudah muncul pada tahun ini. Menurut riset yang ditulis Ferry Wong tersebut, setidaknya ada tiga hal yang akan mendukung naiknya penjualan Astra tahun ini.
Pertama, ekspektasi BI Rate yang diprediksi bakal lebih rendah tahun ini. Bank Indonesia (BI) pada awal tahun telah menurunkan suku bunga 25 basis poin, dan diperkirakan akan kembali menurunkan bunga acuan tersebut.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung. "Dengan adanya penurunan harga minyak, berarti inflasi lebih rendah, tentu saja ruang itu (pelonggaran BI Rate) semakin melebar," kata Juda seperti dikutip dari Kompas.
Dengan menurunkan suku bunga, BI menunjukkan sikap pro-pertumbuhan dan berharap daya beli masyarakat bisa ikut terangkat. Hal tersebut juga berpotensi meningkatkan penjualan kendaraan baik roda empat maupun roda dua.
Kedua, indeks kepercayaan konsumen (IKK) yang menunjukan penguatan pada akhir 2015. Pada Desember, IKK menyentuh level 107,4, atau tertinggi sejak Agustus 2014. IKK merupakan salah satu indikator ekonomi yang mengukur tingkat optimisme konsumen terhadap performa perekonomian suatu negara dan pengaruhnya dalam menentukan pengeluaran atas keuangan pribadi.
Grafik: Indeks Kepercayaan Konsumen
sumber: Tradingeconomics.com
Ketiga, ekspektasi penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang bisa terjadi lagi tahun ini. Menurut pandangan Citigroup, pemerintah kini masih memiliki ruang untuk menurunkan harga BBM pada kisaran Rp1.000 - 1.500 per liter. Hal ini tentunya didukung oleh rendahnya harga minyak dunia pada kisaran US$30 per barel atau level terendah sejak 11 tahun silam. Menurut Citi, turunnya harga bahan bakar minyak dapat mengurangi beban masyarakat sehingga akan meningkatkan daya beli.
Ketiga faktor tersebut tampaknya dimanfaatkan Astra untuk meluncurkan produk baru, yakni Toyota All New Fortuner. Produk tersebut diklaim sudah disambut baik oleh pasar. Henry Tanoto, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor saat acara peluncuran All New Fortuner, Jumat, 22 Januari 2016 mengungkapkan dalam seminggu peluncuran telah dipesan sebanyak 1.300 unit.
Atas tiga alasan di atas, Citigroup mempertahankan rekomendasi beli pada saham Astra International dengan memasang target harga sebesar Rp7.100 per saham, atau lebih tinggi 19 persen dibanding harga penutupan akhir pekan lalu (Jumat, 22 Januari 2016) seharga Rp5.900 per saham. Sementara hari ini (Senin, 25 Januari 2016) sampai dengan jam 15.00 WIB, ASII diperdagangkan pada Rp6.100 per saham atau naik 3,39 persen dibanding penutupan akhir pekan.