Konsolidasi Operator Seluler Ditambah Kerjasama Jaringan, Untungkan Indosat & XL
Operator akan dirampingkan menjadi 4 perusahaan di 2019
Operator akan dirampingkan menjadi 4 perusahaan di 2019
Bareksa.com – Industri telekomunikasi Indonesia, khususnya operator seluler saat ini disebut-sebut tidak efisien. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dalam wawancaranya dengan Bloomberg minggu lalu menyatakan akan mencabut sebagian izin atau lisensi yang diberikan kepada 10 perusahaan operator seluler karena tidak efisien.
Saat ini tercatat ada tiga operator seluler besar yang menguasai hampir 80 persen pangsa pasar, yaitu PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) yang merupakan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Sisanya, diperebutkan oleh operator seluler kecil seperti PT Bakrie Telecom dan PT Smartfren Telecom.
Perebutan pangsa pasar yang hanya sekitar 20 persen memicu operator seluler lebih kecil enggan membangun infrastruktur telekomunikasi khususnya ke daerah-daerah terpencil, sehingga cakupan sinyal telepon di Indonesia hingga saat ini belum merata.
Promo Terbaru di Bareksa
Rudiantara menyebutkan sebetulnya lisensi yang diberikan kepada operator seluler adalah izin investasi dan izin untuk membangun infrastruktur telekomunikasi. “Jika mereka tidak membangun apa pun, izin yang diberikan dapat ditarik kembali," ujarnya.
Solusinya, operator seluler disarankan untuk menggabungkan usahanya (merger) atau keluar dari industri telekomunikasi. Rudiantara sendiri menargetkan hanya ada empat operator seluler pada 2019.
Dengan adanya perampingan operator seluler di industri telekomunikasi, perusahaan besar seperti Telkomsel, ISAT dan EXCL tentunya dapat memiliki kesempatan untuk mendulang keuntungan lebih.
Apalagi belum lama ini terdapat berita bahwa ISAT dan EXCL akan bekerja sama untuk berbagi jaringan 4G LTE.
Citi Group dalam laporan risetnya pada 19 Januari 2015 menyebutkan kerja sama ini dapat mempercepat cakupan 4G LTE dan dapat menghemat biaya kedua operator tersebut. Belanja modal dan biaya operasional bisa lebih rendah dengan kecilnya biaya sewa dan biaya pemeliharaan.
Namun, kerja sama kedua operator ini diperkirakan belum membahayakan posisi Telkomsel sebagai market leader karena pelanggan 4G LTE terhitung masih sedikit, yaitu diperkirakan di bawah 5 persen dari total pelanggan. Selain itu, kualitas jaringan Telkomsel bisa lebih baik karena tidak berbagi infrastruktur seperti ISAT dan EXCL.
Grafik: Perbandingan Return TLKM, ISAT dan EXCL 20 Januari 2015 - 19 Januari 2016
Sumber: Bareksa.com
Citi merekomendasikan ‘Buy’ untuk TLKM dan ISAT dengan target harga masing-masing sebesar Rp3.600 dan Rp6.600 sedangkan EXCL diberi rekomendasi ‘Neutral' dengan target harga Rp3.800.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.