Dirut Bank Mandiri Segera Berganti, Begini Capaian Sejumlah Direktur Sebelumnya

Bareksa • 21 Jan 2016

an image
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Budi Gunadi Sadikin, berbicara dalam sesi IV dengan tema "Fintech: The game changer for Indonesia's financial industry Reviewing the ecosystem and regulation" Bareksa InvestDay 2015 di Jakarta, Kamis 17 September 2015. (Bareksa/Alfin Tofler)

Pasca ganti direksi, Bank Mandiri pernah mengalami perubahan besar yang sempat menekan kinerja perusahaan

Bareksa.com -  Masa kepemimpinan Budi Gunadi Sadikin sebagai Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) akan berakhir pada Maret 2016. Terkait dengan hal tersebut, sejumlah nama sudah ramai diperbincangkan untuk mengganti posisi Budi Sadikin di kursi tertinggi Bank dengan nilai aset terbesar itu.

Gatot Trihargo, Deputi Bidang Jasa Usaha Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti dikutip dari harian Kontan 19 Januari 2016 mengatakan, Kementerian akan memutuskan nama-nama calon pengganti Budi Sadikin sekitar 45 hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Maret atau April 2016. Namun sampai saat ini, setidaknya sudah ada delapan nama yang dikabarkan akan mengisi posisi tersebut.

Terlepas dari nama-nama yang muncul, menarik untuk mengetahui bagaimana pencapaian beberapa pendahulu Budi Sadikin. Pasalnya, dalam tubuh Bank Mandiri pernah terjadi perubahan besar yang sempat menekan kinerja perusahaan.

Bank Mandiri mulai terbentuk pada1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan di Indonesia. Pada Juli 1999, empat bank BUMN, yakni Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia resmi bergabung menjadi Bank Mandiri.

Setahun pasca pembentukan, Bank Mandiri berada di bawah manajemen Eduardus Cornelis William Neloe atau lebih dikenal dengan nama ECW Neloe. Sebagai bank baru terbentuk, ECW Neole yang memimpin selama 5 tahun (2000-2005) berhasil mencetak prestasi dengan pertumbuhan kredit rata-rata per tahun sebesar 15,1 persen dan rata-rata pertumbuhan laba per tahun mencapai 34,8 persen. Namun, berlakunya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 7/2/PBI/2005 tentang kualitas aktiva produktif membuat kinerja Bank Mandiri merosot sejak awal tahun 2005. 

Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 7 Tahun 2005 itu, terdapat satu konsep yang disebut 'one obligor'. Dengan konsep itu, misalnya, ada satu debitor dibiayai lima bank dan mendapat nilai dua (tingkat kolektabilitas dalam perhatian khusus) dari satu bank. Namun, jika bank lainnya memberi nilai lain, misalnya, kolektabilitas tiga atau empat, bank yang memberi kolektabilitas dua harus bersedia menurunkan kolektabilitas debitor itu menjadi tiga atau empat juga. Hal tersebut membuat NPL Bank Mandiri naik jadi 17 persen pada kuartal I- 2005, dari sebelumnya 3,1 persen.  

Berlakunya peraturan tersebut membuat Agus Martowardojo yang baru memimpin Bank Mandiri pada Mei 2005 terus melakukan penyesuaian demi menggambarkan nilai NPL Bank Mandiri yang sebenarnya. Pada akhir  2005, NPL gross Bank mandiri tercatat sebesar 25 persen sehingga membuat bank harus meningkatkan dana pencadangan NPL (provisi) yang berujung pada menurunnya laba bersih perseroan.

Grafik: Proses Penyesuaian pada 2005 yang Berimpak Pada Penurunan Kinerja


sumber: Bank Mandiri, diolah Bareksa

Tapi, setelah melalui proses penyesuaian, Agus justru berhasil menggandakan pertumbuhan yang bisa dicapai oleh Bank Mandiri. Selama lima tahun ia memimpin (Mei 2005 - Mei 2010) rata-rata pertumbuhan aset Bank Mandiri tercatat sebesar 8,4 persen. Sementara rata-rata pertumbuhan laba per tahun mencapai 64 persen. Pertumbuhan tertinggi berhasil dicapai pada 2006, di mana laba bersih mencapai Rp2,4 triliun, naik 300 persen dari tahun sebelumnya 603 miliar.

Setelah itu, pada 2010 kursi Direktur Bank Mandiri bergeser kepada Zulkifli Zaini yang kini menjabat sebagai Komisaris Independen Bank Negara Indonesia (BNI). Zulkifli memimpin selama tiga tahun (Juni 2010- Juni 2013) melanjutkan tren pertumbuhan yang pernah dicapai pendahulunya. Laba bersih Bank Mandiri pada 2010 naik 29 persen diikuti dengan pertumbuhan aset sebesar 14 persen.

Kemudian pada pada 2013 hingga sekarang Bank Mandiri dipimpin oleh Budi Gunadi Sadikin. Pria lulusan Pengetahuan Nuklir Institut Teknologi Bandung ini berhasil mempertahankan kinerja Bank Mandiri di tengah menurunnya pertumbuhan ekonomi. BMRI berhasil mencetak pertumbuhan laba sebesar 17 persen pada 2013 dan 9,2 persen pada 2014. Sementara pertumbuhan aset pada 2013 dan 2014 masing-masing 15 persen dan 17 persen.

Grafik: Pencapaian Direktur Bank Mandiri


sumber: Bank Mandiri, diolah Bareksa
   
Beberapa nama yang kabarnya akan mengisi posisi Mandiri-1 sudah pernah menjabat sebagai Direktur utama di bank lainnya. Di antaranya Maryono (Dirut BTN), dan Sofyan Basir (Mantan Dirut BRI). Pada 2015, di bawah kepemimpinan Maryono, BTN berhasil meningkatkan kinerja keuangan, di mana laba per September naik 61,80 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara semenjak memimpin pada Desember 2012 hingga saat ini, Aset BTN telah meningkat 50 persen menjadi Rp166 triliun dari sebelumnya Rp111 triliun.

Sementara Sofyan basir pada periode ke dua dalam memimpin BRI (2010-2014) berhasil mencapai pertumbuhan laba rata-rata per tahun sebesar 16 persen. Sementara nilai aset Bank BRI dalam lima tahun meningkat 98 persen menjadi Rp801 triliun dari sebelumnya Rp404 triliun.