Suku Bunga BI Sudah Turun, Kenapa Bank Lambat Turunkan Bunga Kredit?

Bareksa • 20 Jan 2016

an image
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (19/5). BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 7,50 persen sejalan dengan kebijakan moneter guna menjaga inflasi. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ss/mes/15

Turunnya suku bunga acuan BI dapat meningkatkan marjin bunga bersih

Bareksa.com – Bank Indonesia (BI) minggu lalu telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,25 persen. Namun perbankan nasional tampaknya masih lambat merespons kebijakan BI tersebut dan masih belum mau menurunkan bunga kredit hingga menuai kritikan sejumlah kalangan.

Sejak awal kepemimpinannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menekankan untuk menurunkan bunga pinjaman (kredit), khususnya bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). "Di negara lain bunga (kredit) bank hanya empat persen, lima persen, enam persen. Kita (Indonesia) juga harus nantinya seperti itu," kata Presiden Jokowi saat bertemu dengan pelaku industri keuangan di Istana Negara pada 15 Januari 2016. Di Tanah Air, bunga pinjaman memang masih relatif tinggi, di atas satu digit. Bahkan UKM/UMKM masih terkena bunga kredit di atas 20 persen per tahun.

Wakil Presiden Jusuf Kalla hingga Otoritas Jasa Keuangan juga mengimbau agar perbankan dan lembaga keuangan seperti multifinance dapat segera menurunkan suku bunga.

Mengapa penurunan bunga kredit lambat?

Perbankan biasanya mempertimbangkan beban operasional ketika ingin menurunkan bunga kredit. Berdasarkan data Bank Indonesia, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Pada semester I-2015, rasio BOPO perbankan naik menjadi 81,4 persen dibanding semester sebelumnya 76,29 persen

Grafik: Rasio BOPO Perbankan Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Selain itu, biasanya suku bunga simpanan, baik deposito maupun giro akan turun lebih cepat dibanding suku bunga kredit. Bahkan penurunan bunga simpanan dapat lebih besar dari turunnya BI rate. Misalnya saja pada BTN yang menyebutkan bunga depositonya akan turun 50 – 100 basis poin, padahal BI rate hanya turun 25 basis poin.

Grafik: Rasio NIM Perbankan Indonesia

 

Sumber: CIMB

Hal ini tentunya dapat menguntungkan bank. Laporan riset CIMB menyebutkan, marjin bunga bersih (net interest margin) yang merupakan salah satu indikator profitabilitas bank akan lebih tinggi setelah bank sentral menurunkan BI Rate karena impak terhadap bunga pinjaman (lending rate) lebih rendah dibanding bunga deposito (deposit rate).