Bareksa.com - Hingga jam 14.00, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin tertekan setelah pagi ini (Kamis, 14 Januari 2016) sekitar jam10.50 wib, Jakarta diserang aksi teroris yang melemparkan granat ke pos polisi dan sejumlah restoran di kawasan Sarinah Jakarta. Sedikitnya tiga kali ledakan keras menghantam kawasan di Jalan Thamrin Jakarta Pusat tersebut.
Rupiah melemah paling dalam di kawasan Asia sebesar 0,95 persen ke level Rp 13.955 per dolar AS dari sebelumnya Rp13.835 per dolar AS.
Grafik: Nilai Tukar Mata Uang Negara di Kawasan Asia Terhadap Dolar AS
Sumber: Bareksa.com
Sebelum ledakan tersebut, rupiah sebenarnya sempat menguat 0,15 persen ke level Rp13.829 pada pukul 10.20.
Berapa lama efek pelemahan rupiah pasca kejadian bom?
Mengaca pada enam kejadian sebelumnya, pelemahan rupiah pasca serangan teror dan bom tidak berlangsung lama.
“Bom biasanya membawa efek pelemahan sesaat. Setelah itu rupiah akan menguat kembali ke fundamentalnya,” ujar Agus B. Yanuar, Presiden Direktur Samuel Aset Manajemen kepada Bareksa di Jakarta Kamis, 14 Januari 2016.
Pada kejadian bom di Bursa Efek Indonesia 13 September 2000, rupiah sempat melemah 2,1 persen menjadi Rp8.645 dari sebelumnya Rp8.835.
Setelah itu, hingga akhir September 2000 rupiah sempat menguat ke level Rp8.775 per dolar AS. Namun besarnya sentimen pada saat itu membuat rupiah kembali tertekan hinggal akhir 2000 dan ditutup di level Rp9.675 per dolar AS
“Pelemahan rupiah paling dalam terjadi saat kejadian bom di Bursa Efek Indonesia pada 2000. Penyebabnya pengeboman merupakan kejadian pertama setelah krisis 1998 sehingga kekhawatiran lebih tinggi. Namun setelah itu, fundamental Indonesia menjadi lebih baik, sehingga pelemahan rupiah tidak berlangsung lama,” kata Agus
Pada kejadian Bom Bali I (12 Oktober 2002), rupiah melemah 3,75 persen menjadi Rp9.345 dari sebelumnya Rp9.007 per dolar. Namun, hingga akhir Oktober 2002, pelemahan rupiah mulai mereda dan hanya turun 2,3 persen ke level Rp9.215 per dolar AS. Dalam waktu sekitar dua bulan berselang atau akhir 2002, rupiah berhasil menguat ke level Rp8.890 per dolar.
Grafik: Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Tahun 2000- Januari 2016
Sumber: Bareksa.com
Sementara pada kejadian bom di Hotel JW Mariott Jakarta ( 5 Agustus 2003) rupiah melemah 1,5 persen menjadi Rp8.625 per dolar dari hari sebelumnya Rp8.493 per dolar.
Namun, pelemahan rupiah ini tidak berlangsung lama. Hingga akhir Agustus 2003 rupiah berhasil menguat ke level Rp8.465 per dolar dan berhasil bertahan hingga akhir 2003 yang hanya menurun tipis di kisaran Rp8.495 per dolar.
Pada 9 September 2004, bom kembali terjadi di kedutaan besar Australia di Kuningan Namun pada kejadiaan saat ini rupiah hanya melemah kurang dari satu hari, dan ditutup menguat 0,013 persen ke level Rp9.290 per dolar AS, dari sebelumnya Rp9.292 per dolar AS. Rupiah pun terus menguat hingga akhir 2004 ke level Rp9.270 per dolar.
Saat bom Bali II meledak pada 1 Oktober 2005, rupiah melemah tipis 0,1 persen menjadi Rp10.303 dari hari sebelumnya Rp10.300. Pelemahan tersebut tak berlangsung lama. Pada 31 Oktober 2005, rupiah berhasil menguat ke level Rp10.123. bahkan penguatan rupiah ini dapat dipertahankan hingga akhir tahun yang berada di level Rp9.835.
Pada kejadian bom terakhir di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan Jakarta pada 17 Juli 2009, rupiah sempat melemah 0,5 persen menjadi Rp10.155 dari sebelumnya Rp10.095. Namun rupiah cepat pulih ke level Rp9.955 per dolar pada 30 Juli 2009 dan berhasil mempertahankan hingga akhir 2009 di level Rp9.480