Selain Saham Infrastruktur, Analis Jagokan Saham Ini pada 2016

Bareksa • 12 Jan 2016

an image
Sejumlah sepeda motor melewati pondasi proyek jalan tol di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (16/7) - (ANTARA FOTO/Pradita Utama)

Saham infrastruktur akan positif karena ditopang kebijakan lelang pemerintah yang menyelesaikan lelang lebih cepat.

Bareksa.com - Transaksi di pasar saham pada 2016 baru berjalan kurang dari dua minggu. Namun, sudah memberi kejutan kepada para pelaku pasar dan investor. Bursa saham China anjlok sekitar 14 persen dalam seminggu. Bahkan Kamis, 8 Januari 2016 bursa saham China harus disuspen setelah turun 7 persen dalam 15 menit perdagangan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) terimbas dan turun tipis 80,805 poin (1,78 persen) menjadi 4.465,483 pada perdagangan kemarin (Senin, 11 Januari 2016). Pasar saham nasional tampaknya sedang bergejolak. Harga saham-saham emiten di BEI juga tertekan. Walaupun demikian masih ada beberapa saham yang patut anda perhatikan selama 2016. Bareksa mencoba menghubungi beberapa analis dan menanyakan saham favorit mereka pada tahun ini.

Dari tiga analis yang dihubungi Bareksa, hampir seluruhnya memfavoritkan saham di sektor konstruksi yang bisa melaju pada 2016 ini. Tahun lalu, performa saham properti tidak terlalu baik karena tidak menghasilkan alias return-nya minus 15,19 persen.

Grafis : Perbandingan Return Indeks di 2015

Sumber: Bareksa.com

Head of Research NH Korindo, Reza Priambada, kepada Bareksa.com, 8 Januari 2016 mengungkapkan di sektor konstruksi ada dua saham yang patut mendapat perhatian lebih. Dua saham tersebut adalah PT PP Tbk (PPRO) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Saham PPRO dianggap prospektif pada 2016 karena performanya tahun lalu cukup menggembirakan. Reza mengatakan perolehan kontrak proyek 2016 akan banyak berasal dari carry over 2015.

"Selain itu kontrak  2016 juga akan membaik dengan adanya  proyek-proyek infrastruktur dari pemerintah," katanya.

Untuk ADHI, Reza mengatakan katalis positifnya adalah proyek kereta ringan mereka (LRT). Selain emiten infrastruktur, Reza juga menilai saham emiten perbankan akan bertumbuh baik tahun ini.

Saham yang paling menonjol, menurut dia, antara lain PT Bank BCA Tbk (BBCA) dan juga PT Bank BRI Tbk (BBRI). Kenaikan saham perbankan ini akan ditopang oleh pertumbuhan kredit 2016 seiring dengan membaiknya perekonomian. Selain itu ada juga program pemerintah untuk meningkatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang akan mendorong pertumbuhan perbankan BUMN, terutama BRI yang merupakan penyalur utama KUR.

Head of Research Universal Broker Satrio Utomo kepada Bareksa mengungkapkan saham yang akan menjadi primadona tahun ini adalah saham-saham konstruksi beserta turunannya. Turunan konstruksi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri semen dan juga alat berat.

Saham sektor konstruksi pada 2015 sebenarnya mempunyai performa yang cukup baik. Namun, masalah terlambatnya penyerapan anggaran pemerintah ikut memengaruhi kinerja perusahaan konstruksi.

"Tahun ini pemerintah memang sudah memperbaiki permasalahan anggaran sehingga performanya akan lebih baik lagi," katanya.

Masalah kedua, saham konstruksi, menurut Satrio, tidak dilirik oleh asing sehingga pergerakannya dipengaruhi oleh investor lokal dan tidak signifikan. Saham konstruksi merupakan saham dengan kapitalisasi menengah. Hal ini menyebabkan pergerakannya lebih sulit diprediksi.

Semakin menarik atau tidaknya sektor konstruksi, menurut dia, akan bergantung dari performa perusahaan pada  2015. Jika emiten-emiten bisa mendapatkan kinerja yang baik di tengah gejolak perekonomian maka bukan tidak mungkin asing akan kembali tertarik dengan saham properti dan pergerakan sahamnya akan lebih baik.

"Saya paling suka Adhi Karya (ADHI) dan PT Wijaya Karya (WIKA). Tetapi BUMN konstruksi lainnya seperti PTPP dan BUMN konstruksi lainnya juga harus diperhatikan," katanya.

Untuk sektor properti, Satrio menilai tidak akan menarik sampai tingkat suku bunga diturunkan oleh Bank Indonesia. Adanya kebijakan insentif Dana Investasi Real Estate (DIRE) oleh pemerintah juga tidak akan membantu banyak karena hanya akan dimanfaatkan oleh perusahaan tertentu saja.

Vice President PT Samuel Sekuritas Indonesia, M Alfatih, mengungkapkan pada 2016 saham saham yang menarik tetap berada di sektor konstruksi dan juga perbankan.

Saham paling menarik di sektor perbankan, menurut dia, adalah BBCA dan juga BBRI. Kedua saham perbankan ini menjadi pertimbanan karena diperkirakan akan membukukan pertumbuhan kredit yang baik tahun ini.

Apalagi BBRI, pemerintah sudah mempunyai program untuk perbankan pelat merah seperti penyaluran Kredit Usaha Rakyat.

Target harga untuk BBCA hingga akhir tahun ada di angka Rp15.500 per sahamnya. Untuk BBRI target harganya berada di angka Rp12.177 per sahamnya.

Alfatih mengatakan, sebenarnya saham-saham konstruksi memang patut dikoleksi. Namun, Samuel menilai  saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang paling menarik.

Target harga untuk WSKT  ada di angka Rp2.200 per lembar sahamnya. Saat ini saham WSKT masih berada di harga Rp1.685 per lembar.

Untuk saham di lini kedua, Alfatih menyarankan saham PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI). Menurutnya tingginya konsumsi masyarakat pada 2016  akan ikut mengerek saham ROTI. Target harga untuk saham ROTI Rp1.435 per lembar saham.