BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

EKonomi China Masih Bergejolak. Ini yang Bisa Dilakukan Indonesia

Bareksa12 Januari 2016
Tags:
EKonomi China Masih Bergejolak. Ini yang Bisa Dilakukan Indonesia
Seorang pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit di Dusun Bayas Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Selasa (22/12/2015). (ANTARA FOTO/Kasriadi)

Bursa China hari ini kembali menurun lima persen.

Bareksa.com - Bursa China kembali bergejolak. Hari ini (Senin, 11 Januari 2016) Indeks Saham Shanghai kembali ditutup turun 5,29 persen. Pelemahan ini melanjutkan penurunan yang terjadi minggu sebelumnya.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menganggap kondisi yang dialami oleh China, salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, akan berdampak signifikan bagi Indonesia. Pemerintah akan segera mengantisipasi dan lebih menitikberatkan kepada potensi perlambatan ekonomi.

Grafis : Pergerakan Indeks Gabungan Shanghai

Promo Terbaru di Bareksa

Illustration

Sumber: CNBC

Bambang menilai China akan terus menerapkan kebijakan moneter sebagai antisipasi dari perlambatan ekonominya. Kebijakan yang diambil bisa penurunan suku bunga acuan hingga devaluasi mata uang renminbi untuk mendorong ekspornya.

Ekspor inilah, kata dia, akan berdampak ke Indonesia. Pasalnya Negeri Tirai Bambu ini mitra dagang utama Indonesia.

CEO dari Schroders Indonesia Michael Tjoajadi kepada Bareksa.com, Senin 11 Januari 2015 mengungkapkan pelemahan ekonomi di China sangat menantang, baik bagi Indonesia atau pun perekonomian dunia.

"Masalah bagi China tentu mempengaruhi Indonesia karena pelemahan ekonomi mereka pasti membuat ekspor barang dari Indonesia menurun," katanya.

Bagi pasar modal Indonesia, pelemahan ekonomi China ini tentu akan sangat berpengaruh, terutama terhadap pergerakan saham-saham di sektor komoditas. Dengan turunnya perekonomian maka dipastikan konsumsi komoditas tidak akan setinggi biasanya.

China, menurut Michael, ingin berpindah dari pertumbuhan ekonomi yang berbasis investasi menjadi konsumsi. Perubahan basis pertumbuhan ekonomi ini memerlukan waktu yang tidak sebentar.

"Mereka mau masuk ke konsumsi oleh karena itu ekspor mereka turunkan," ujarnya.

Negara-negara Eropa juga belum pulih dari krisis. Hanya ekonomi Amerika saja yang sudah mulai pulih dan membantu perbaikan ekonomi China.

Oleh karena itu Michael menilai tahun ini merupakan periode yang sangat berat dan penuh tantangan bagi China. Di sisi lain, hal ini merupakan kesempatan bagi Indonesia.

Indonesia bisa memanfaatkan investasi asing langsung yang tadinya akan mampir ke China menjadi diarahkan ke Indonesia. Apalagi pemerintah saat ini juga serius dalam memperbaiki infrastruktur yang menjadi pendorong bagi investasi asing langsung. Kepercayaan diri para investor di Indonesia pun saat ini semakin baik.

"Kepercayaan diri investor Indonesia saat ini sudah membaik, bahkan pemodal dari Indonesia juga ingin meningkatkan investasi mereka," ujarnya

Vice President Samuel Sekuritas M Alfatih, kepada Bareksa.com mengungkapkan rendahnya pertumbuhan perekonomian China akan sangat berpengaruh kepada Indonesia. Alasannya komoditas Indonesia mayoritas dikonsumsi oleh Negeri Panda ini.

Untuk itu, saham-saham berbasis komoditas pada tahun ini masih akan melesu, sampa dengan 2015. Pada 2015, indeks sektor agribisnis menempati urutan kedua terbawah pada IHSG. Indeks sektor agribisnis hanya lebih baik dibanding sektor pertambangan yang turun 10 persen.

Grafis : Pergerakan Indeks di 2015

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Pertumbuhan ekonomi China sendiri diperkirakannya akan semakin melambat di bawah tujuh persen. "Mereka memang memperlambat pertumbuhan ekonomi mereka karena dianggap terlalu cepat. Ini secara otomatis akan membuat angka impor mereka semakin berkurang," ujar Alfatih.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,92

Up0,45%
Up4,28%
Up7,56%
Up8,65%
Up19,15%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,59

Up0,42%
Up4,45%
Up7,00%
Up7,43%
Up2,51%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.080,08

Up0,60%
Up4,04%
Up7,13%
Up7,77%
--

Capital Fixed Income Fund

1.845,41

Up0,53%
Up3,95%
Up6,71%
Up7,40%
Up16,95%
Up40,32%

Insight Renewable Energy Fund

2.272,15

Up0,82%
Up3,96%
Up6,62%
Up7,24%
Up20,21%
Up35,65%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua