Bareksa.com – Setelah fenomena El Nino mulai reda, beredar prediksi terjadinya La Nina. Badan meteorologi Australia dalam situsnya pada 5 Januari 2016 menyebutkan bahwa kondisi cuaca akan kembali normal pada kuartal II-2016 paska El Nino dengan kemungkinan terjadinya La Nina pada paruh kedua 2016.
La Nina yang berkebalikan dengan El Nino merupakan fenomena turunnya suhu permukaan laut di perairan Samudera Pasifik. La Nina berisiko memicu iklim kering di sebagian Amerika dan hujan di wilayah Australia. Adapun di Indonesia, sebagian wilayah berpotensi memiliki curah hujan tinggi.
Kemungkinan terjadinya La Nina setelah fenomena El Nino mencapai 40 persen. Berdasarkan kajian badan meteorologi Australia, dari 26 kejadian El Nino sejak 1900, sekitar 50 persen diikuti oleh kondisi cuaca normal, sedangkan 40 persen akan diikuti oleh La Nina. Sementara kemungkinan terjadinya El Nino lagi cukup kecil. Pada 2016, probabilitas terjadinya La Nina adalah 50 : 50. Secara historis, El Nino yang cukup kuat akan diikuti oleh curah hujan di atas rata-rata.
El Nino sendiri telah mencapai puncaknya beberapa minggu terakhir. El Nino kali ini merupakan salah satu yang terbesar selama 50 tahun terakhir dan dipercaya memicu kenaikan harga komoditas. Sepanjang 2015, harga komoditas minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) berdasarkan kontrak berjangka di bursa Malaysia telah naik 9,7 persen. Sejak September 2015, harga komoditas ini melonjak 33 persen menjadi 2.485 Ringgit Malaysia.
Grafik : Harga CPO Sepanjang 2015
Sumber: Bareksa.com
Lalu bagaimana efek La Nina?
Jika level kekuatan La Nina tinggi, naiknya intensitas curah hujan dapat berpotensi mempengaruhi pertanian. La Nina menyebabkan curah hujan bertambah dan dapat berpotensi memicu banjir. La Nina bisa menjadi masalah bagi petani karena hujan deras dapat menyebabkan gagal panen dan sawah tergenang.
Indonesia pernah mengalami fenomena cuaca ini pada 2010. Ketika itu, harga CPO sepanjang 2010 melonjak 45 persen year-on-year. Sementara saham-saham sektor agrikultur yang diwakili oleh indeks sektoral juga menguat 28 persen sepanjang 2010.
Grafik: Harga CPO dan Indeks Sektor Agrikutur Periode 2009 - 2012
Sumber: Bloomberg, Bareksa.com
Namun, menurut salah seorang pegawai BMKG kepada Bareksa, Januari - Agustus 2016 diperkirakan masih kemarau dan ada kemungkinan hujan di bawah normal atau disebut kemarau basah. Untuk kepastian terjadinya La Nina, BMKG perlu memantau lebih lanjut.