Ketegangan Iran & Arab Saudi Akan Jatuhkan Harga Minyak ke Level $18 per Barel?

Bareksa • 06 Jan 2016

an image
Komplek kilang minyak milik Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) III Plaju Sungai Gerong, Palembang, Sumsel, Sabtu (2/5). Kilang minyak Pertamina (Persero) RU-III memiliki luas area sebesar 384 hektar yang terbagi menjadi dua, yaitu daerah Plaju sebesar 230 hektar dan daerah Sungai Gerong sebesar 154 hektar. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Saat ini dunia sudah mengalami oversupply minyak hingga 2 juta barel setiap hari.

Bareksa.com - Semakin tingginya tensi di Timur Tengah biasanya akan memicu naiknya harga minyak dunia. Namun kali ini agak berbeda. Ketegangan antara Iran dan Arab Saudi relatif tidak terlalu berpengaruh terhadap harga si emas hitam.

Tampaknya beban harga minyak sudah terlampai berat sehingga konflik malah memberi outlook negatif kepada harga komoditas ini.

Dilansir CNBC, para analis menilai ada beberapa alasan dan faktor yang menyebabkan harga minyak akan tetap rendah di masa depan. Di antaranya melemahnya perekonomian China, stagnannya ekonomi Uni Eropa, Arab Saudi yang mengurangi subsidi energi, kembali dibukanya keran ekspor minyak Iran, dan juga pencabutan larangan impor Amerika Serikat.

John Kilduff, analis dari Again Capital bahkan mengatakan naiknya tensi antara Saudi dan Iran, dua pemain minyak terbesar di dunia, justru bisa membuat harga minyak jatuh ke level $18 per barel. Namun bisa juga harga minyak naik ke level $48 per barel.

Killduff menghitung berdasarkan antisipasi lifting yang dilakukan Iran saat menghadapi sanksi ekonomi. Negeri Mullah itu bisa saja memasok minyak 500 ribu barel setelah sanksi ekonomi dicabut.

Saat ini saja pasokan minyak di dunia sudah kelebihan pasokan (oversupply) sekitar 500 ribu - 2 juta barel setiap harinya. Bahkan angka itu bisa bertambah hingga 3 juta barel per hari jika Iran merealisasikan janjinya untuk meningkatkan ekspor minyaknya menjadi 1 juta barel per hari secepat mungkin.

Kesempatan Iran untuk bergabung dengan negara-negara pengekspor minyak OPEC juga semakin tipis. Pasalnya dalam OPEC ada Arab Saudi sebagai salah satu pemasok minyak terbesar.