Bareksa.com - Catatan perbaikan keselamatan penerbangan maskapai Asia meningkat pada 2015. Akan tetapi di luar China dan India, kita tidak akan mengetahui persis upaya itu bila melihat kinerja saham para maskapai tersebut.
AirAsia Bhd menjadi saham maskapai berkinerja terburuk di Asia pada tahun ini menyusul sejumlah kecelakaan pesawat pada 2014.
Kecelakaan fatal yang melibatkan Malaysia Airlines Bhd., AirAsia Indonesia dan Taiwan Transasia Airways Corp menjadikan periode 2014 sebagai tahun mematikan bagi para pelancong. Kecelakaan pesawat telah menewaskan 700 orang—korban hilang diasumsikan telah meninggal. Peristiwa mengenaskan itu meningkatkan kekhawatirkan terhadap keselamatan penerbangan di seluruh kawasan Asia.
"Kecelakaan telah meninggalkan dampak yang langgeng bagi banyak wisatawan global dan juga wisatawan domestik. Mereka merasa gugup, " kata Mohshin Aziz, seorang analis di Malayan Banking Bhd. Di Kuala Lumpur seperti dilansir Bloomberg Business hari ini (23 Desember 2015). "Persepsi ini tetap hidup."
Saham AirAsia sudah anjlok 53 persen pada tahun ini dan saham AirAsia X Bhd amblas 65 persen berdasarkan data yang dikompilasi oleh Bloomberg terhadap 39 maskapai di Asia. Indeks Bloomberg Asia Pacific Airlines mencakup 15 saham maskapai utama di Asia dari sisi nilai kapitalisasi pasar.
Grafis: Harga Saham Maskapai di Asia
sumber : Bloomberg Business
Garuda Indonesia—kode emiten GIIA di Bursa Efek Indonesia—juga terimbas oleh persepsi buruknya tingkat keselamatan penerbangan di Indonesia. Walhasil, saham Garuda Indonesia sepanjang tahun ini sudah anjlok 44 persen dari semula Rp570 pada 2 Januari 2015 menjadi Rp317 pada 22 Desember 2015. Namun, kinerja harga saham Garuda masih lebih baik dibanding saham maskapai Rusia Transaero Airlines yang harganya sudah anjlok 95 persen pada periode yang sama.