CEO AKRA Kantongi Rp8,95 Miliar Dari Jual 1 Juta Lembar Saham

Bareksa • 11 Dec 2015

an image
Presiden Direktur/ Group CEO PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), Haryanto Adikoesoemo. (Bareksa/Alfin Tofler)

Selain CEO AKRA, direktur Suresh Vembu juga ikut menjual saham perseroan

Bareksa.com - Presiden Direktur PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Haryanto Adikoesoemo melepas sebagian saham miliknya pada perusahaan distributor bahan bakar minyak (BBM) ini.

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Desember 2015, Haryanto tercatat menjual 1.463.200 lembar saham AKRA atau setara 0,04 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Transaksi jual dilaksanakan pada  30 November - 4 Desember 2015 dengan harga rata-rata penjualan Rp6.121,40 per lembar. Transaksi dengan total nilai mencapai Rp8,95 miliar ini menurunkan kepemilikan Haryanto menjadi 0,22 persen dari sebelumnya 0,25 persen. Disebutkan pula dalam keterbukaan informasi bahwa tujuan dari transaksi ini untuk keperluan pribadi Haryanto.

Selain itu, pada  2 Desember 2015 seorang direktur AKRA lainnya, Suresh Vembu ikut menjual sebagian saham AKRA miliknya. Pria berkebangsaan India ini menjual 148.400 lembar saham AKRA pada harga rata-rata Rp6.358,20 per saham. Transaksi dengan nilai Rp946 juta ini menurunkan jumlah saham yang dimiliki Suresh menjadi 389.800 lembar dari sebelumnya 538.600 lembar. Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, tujuan dari transaksi ini untuk keperluan pribadi.

Grafik: Pergerakan Harga Saham AKRA (year-to-date)

sumber: Bareksa.com

Saham AKRA sejak awal tahun sampai dengan perdagangan kemarin (Kamis, 10 Desember 2015), sudah menguat 62,62 persen menjadi Rp6.700 per saham dari sebelumnya Rp4.120 per saham. Penguatan harga saham AKRA tahun ini antara lain diukung oleh peningkatan marjin laba perseroan. (Baca juga: Harga Minyak Dunia Ambrol, Benarkah AKRA Bisa Dulang Untung?)

Di bursa saham, kemarin AKRA mengalami koreksi harga cukup dalam. Berdasarkan pantauan Bareksa, harga AKRA ditutup melemah 6,29 persen menjadi Rp6.700 per saham dari sebelumnya Rp7.150, yang merupakan harga tertinggi semenjak IPO pada 1994 silam.