Pemerintah Dorong Penurunan Harga Obat, Saham Farmasi Terjun Bebas

Bareksa • 10 Dec 2015

an image
Pekerja melakukan proses pencetakan obat jenis tablet di pabrik PT Phapros Tbk di Semarang, Jateng, Jumat (20/6) - (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)

Hal yang bersifat berkaitan dengan subsidi, proteksi, dan perlindungan akan dikurangi secara bertahap

Bareksa.com - Pemerintah sedang berupaya untuk menurunkan harga obat-obatan yang kini dianggap masih memberatkan masyarakat. Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung seusai Sidang Kabinet Paripurna di Istana Presiden Bogor, Jabar, Selasa 8 Desember 2015.

Menurut Pramono, Presiden menekankan bahwa ke depan visi pemerintah adalah visi kompetisi, maka hal yang berkaitan dengan subsidi, proteksi, dan perlindungan akan dikurangi secara bertahap, termasuk kepada BUMN-BUMN yang selama ini mendapatkan proteksi atau perlindungan.

“Salah satunya di bidang farmasi. Harga obat kita sangat mahal. Hal ini menimbulkan dampak atau pun kerugian di masyarakat karena harga obat-obat yang tinggi,” ujar Pramono seperti dikutip dari situs resmi Sekertariat Kabinet Republik Indonesia.

Di bursa saham Indonesia ada dua perusahaan farmasi BUMN, yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF). Hari ini (Kamis, 10 Desember 2015) menyusul kabar yang diutarakan Sekretaris Kabinet, harga saham kedua perusahaan menurun tajam.

Berdasarkan pantauan Bareksa, pada penutupan perdagangan sesi I, harga saham KAEF sudah turun 6,49 persen, sementara INAF turun 7,27 persen. Perusahaan farmasi swasta, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) ikut terseret turun 7,23 persen ke level Rp1.155 per lembar saham, atau lebih rendah 90 poin dari penutupan perdagangan sebelumnya Rp1.225 per saham.

Grafik: Kontribusi Penjualan Obat Terhadap Pendapatan Emiten Farmasi

 

sumber: Laporan Keuangan, diolah Bareksa

Sebagai informasi, KAEF dan INAF memang lebih banyak mengandalkan penjualan obat daripada KLBF. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2015, penjualan obat memberi kontribusi 90 persen terhadap total pendapatan KAEF dan 59 persen terhadap total pendapatan INAF. Sementara, penjualan obat hanya memberi kontribusi 24 persen terhadap total pendapatan KLBF. Perusahaan ini lebih banyak mengandalkan segmen distribusi dan penjualan produk-produk nutrisi.