Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional dan media internasional:
Harga Gas
Pemerintah menegaskan harga gas yang berasal dari 31 wilayah kerja atau blok minyak dan gas bumi masih bisa diturunkan maksimal US$2 per MMBtu mulai awal tahun depan. Selain memotong penerimaan negara, pemerintah juga berencana memangkas margin niaga gas di midstream dan hilir gas. Skema penurunan bakal dibahas dalam Peraturan Presiden tentang Tata Kelola Gas Bumi.
Penurunan harga gas bervariasi bergantung harga yang diberlakukan saat ini. Harga gas yang saat ini US$6 - 8 per MMBtu bakal turun maksimal US$1 per MMBtu. Harga gas di atas US$8 per MMBtu paling banyak penurunan sebesar US$2 per MMBtu. Penurunan harga gas dilakukan dengan memotong pendapatan negara. Pendapatan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas bumi tidak akan terganggu. Penurunan harga gas di hulu untuk industri prioritas bakal diberlakukan per 1 Januari 2016. Kebijakan ini akan diatur dalam peraturan presiden tentang penurunan harga gas. Perkembangan penerbitan perpres telah sampai tahap finalisasi.
Daftar Earning Beats
Tiga emiten asal Indonesia masuk dalam daftar 30 perusahaan yang mendulang earnings beats pada kuartal III-2015 versi Morgan Stanley dalam lingkup MSCI negara-negara berkembang dan MSCI Asia Pasifik kecuali Jepang. Tiga emiten tersebut, yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Earnings beats adalah kondisi saat laba bersih setelah pajak berada di atas estimasi analis. Perusahaan yang diseleksi juga mencakup kategori kapitalisasi pasar di atas US$2 miliar. Pada riset bertajuk Asia/GEMs Equity Strategy dari Morgan Stanley yang terbit pada Selasa (8/12), BBCA, BBNI, dan BBRI masuk ke 20 teratas dari daftar 30 perusahaan yang tingkat keterkejutan positifnya (positive surprise level) tertinggi.
PT Indika Energy Tbk (INDY)
INDY meningkatkan nilai surat utang yang akan dibeli kembali dalam aksi tender offer dari US$100 juta menjadi US$128,57 juta. Surat utang tersebut merupakan notes dengan nilai emisi US$300 juta dan diterbitkan pada 5 Mei 2011. Notes yang dirilis oleh anak usaha Indika Energy (INDY), yaitu IEF BV itu jatuh tempo pada Mei 2018, dengan bunga 7 persen per tahun.
Corporate Secretary INDY Dian Paramita mengatakan hingga 7 Desember 2015 tercatat sekitar US$164,55 juta telah diajukan dalam tender offer. Adapun harga yang diajukan oleh perseroan adalah US$600 per US$1.000 jumlah pokok notes. Dana yang akan dipakai dalam aksi ini adalah dana tunai milik IEF BV, yang disebut berdomisili di Belanda dan bergerak di sektor pembiayaan. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan adanya dana dari fasilitas pembiayaan baru dengan besaran yang sama dengan nilai tender offer.
PT Intiland Development Tbk (DILD)
Setelah memperoleh izin reklamasi pembangunan pulau buatan di pantai utara Jakarta, DILD akan segera memasuki persiapan pengurukan. Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Development (DILD) Archied Noto Pradono membenarkan bahwa perseroam telah memperoleh izin reklamasi atas pembangunan pulau buatan di Pantai Utara Jakarta. Perseroan akan mempersiapkan proses pengurukan tanah di area pulau H, dengan luas mencapai 63 hektare.
Izin reklamasi tersebut diperoleh melalui anak usaha perseroan PT Taman Harapan Indah pada 30 November 2015. Dalam rencana, perseroan akan mengembangkan pulau itu dalam tiga fase dan dana tahap awal sekitar Rp4,5 triliun. Beberapa pengembang yang telah memperoleh izin reklamasi lebih awal untuk pengembangan 17 pulau di Teluk Jakarta adalah PT Kapuk Naga Indah, PT Jakarta Propertindo, PT Muara Wisesa Samudra, dan PT Jaladri Kartika Pakci. Dua nama terakhir merupakan anak usaha dari PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN).
Efek Syariah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan empat saham emiten baru ke dalam daftar efek syariah. Keempat saham emiten tersebut adalah PT Indonesia Pondasi Raya Tbk., PT Dua Putra Utama Makmur Tbk., PT Aterliers Mecaniques D’Indonesie Tbk., dan PT Kino Indonesia Tbk.
Dalam surat keputusannya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan dikeluarkannya keputusan tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil penelaahan OJK terhadap pemenuhan kriteria efek syariah atas pernyataan pendaftaran yang disampaikan oleh emiten. Secara periodik, OJK akan melakukan review atas DES berdasarkan laporan keuangan tengah tahunan dan laporan keuangan tahunan dari emiten atau perusahaan publik.
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)
GIAA menganggarkan belanja modal US$ 160 juta tahun depan, naik 23 persen dibanding angka pada 2015. Direktur Utama GIAA Arif Wibowo mengatakan, Garuda akan menambah 23 pesawat baru. Rincian pesawat barunya, yaitu lima unit Airbus A330, delapan unit Airbus A320, satu unit Boeing 777, dan sembilan unit ATR 72-600. Skemanya operating lease.
GIAA akan memanfaatkan kas internal dan pendanaan eksternal untuk menutup belanja modal. GIAA mengkaji beberapa opsi untuk pendanaan eksternal, termasuk pinjaman perbankan atau penerbitan sukuk dan obligasi.