Masuk Daftar 50 Orang Terkaya, Beginilah Manuver Bisnis Bos Sritex (SRIL)

Bareksa • 08 Dec 2015

an image
Iwan S. Lukminto (kanan) bersama dengan Mantan Presiden RI ke-6 Susilo bambang Yudhoyono (kiri). (Facebook)

Di bawah kepemimpinan Iwan Setiawan, total aset Sritex berkembang nyaris tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir.

Bareksa.com -  Untuk pertama kalinya, CEO PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex, SRIL) Iwan Lukminto masuk daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi majalah ForbesPutra kedua H.M. Lukminto ini -- pendiri Sritex -- dinyatakan memiliki kekayaan sebesar $540 juta atau sekitar Rp7,3 triliun dan menempati posisi sebagai orang terkaya di urutan ke-45. Sritex sendiri adalah salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara. 

Siapa Iwan?

Pria bernama lengkap Iwan Setiawan Lukminto ini menyelesaikan studi di Suffolk University Boston pada 1997 di bidang Administrasi Bisnis. Kemudian pada tahun yang sama, ia mulai memupuk pengalamannya di industri tekstil dengan menempati posisi Asisten Direktur Sritex.

Meski bekerja di perusahaan ayahnya sendiri, karier Iwan dijalani setapak demi setapak, selama bertahun-tahun. Dia tidak langsung menempati posisi puncak. Iwan baru "naik kelas" pada tahun 1999, saat ia diangkat menjadi wakil direktur utama. Ia duduk di posisi ini selama tujuh tahun sebelum benar-benar menggantikan sang ayah pada 2006 sebagai direktur utama.

Gemblengan itu berbuah.

FOTO: Iwan Setiawan Lukminto saat memenangkan EY Entrepreneur of The Year (Sumber: Laporan Tahunan SRIL)

Pada 2013, Iwan sukses membawa perusahaan ini melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui proses penawaran saham perdana (IPO). IPO terlaksana pada Juni 2013 dan berhasil meraup dana segar senilai Rp1,29 triliun. Dana tersebut digunakan untuk sejumlah akuisisi dalam rangka peningkatan kapasitas perseroan, seperti mengakuisisi PT Sinar Pantja Djaja, perusahaan pemintalan benang yang berlokasi di Semarang. Sejak saat itu saham Sritex tercatat di BEI dengan kode SRIL.

Dalam lima tahun terakhir, Sritex berkembang menjadi salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia, bahkan dunia. Seperti dikutip dari presentasi perusahaan, Sritex telah menjual produknya ke 19 negara di kawasan Asia Pasifik, 7 di Timur Tengah, 7 di Afrika, 11 di Eropa, serta 11 lainnya di Amerika.

Gambar: Pasar Sritex di Dunia


Sumber: Presentasi SRIL

Produk Sritex, seperti seragam militer, telah diakui memiliki keunggulan dan berkualitas tinggi. Produk ini telah dipakai oleh berbagai negara di dunia, termasuk negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).  Pada 2014, Sritex tercatat berhasil memenangkan tender produksi seragam militer untuk Jerman dan Malaysia.  

Di bawah kepemimpinan Iwan, total aset Sritex berkembang nyaris tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir. Pada 2010, nilai aset Sritex baru berkisar $235 juta. Namun, pada 2014 menggelembung menjadi $698,9 juta. Iwan juga berhasil menggenjot pendapatan Sritex dari kisaran $243 juta pada 2010 menjadi $554,6 juta pada 2014 atau meningkat dua kali lipat. Laba perusahaan juga didongkrak, dari $15,7 juta pada 2010 menjadi $50,5 juta pada 2014 atau rata-rata kenaikan per tahun mencapai 26 persen.

Grafik: Perkembangan Keuangan Sritex 2010-2014


Sumber: PT Sri Rejeki Isman, diolah Bareksa

Meski demikian perlu dicatat bahwa lompatan kinerja Sritex tidak lepas dari pergerakan nilai tukar dolar terhadap rupiah yang terus menguat. Secara year to date, dolar AS sudah menguat 11,6 persen terhadap rupiah. Walhasil, Sritex ibarat ikut mendapat durian runtuh karena sebagian besar pendapatannya diperoleh dari penjualan ekspor.

Dalam lima tahun terakhir ekspor selalu mendominasi penjualan perseroan. Berdasarkan laporan keuangan September 2015,  Sritex berhasil mencetak penjualan ekspor sebesar $223 juta atau 47 persen dari total penjualan. (Baca juga: Harga Saham SRIL Terkerek Kebijakan Ekonomi Tahap VII)

Atas prestasinya memimpin Sritex, Iwan yang kelahiran 24 Juni 1975 ini dianugerahi penghargaan EY Entrepreneur of The Year. Penghargaan bergengsi ini dia raih pada usia yang masih relatif muda, 39 tahun. (kd)