Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)
Perusahaan yang sahamnya masih disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menderita kerugian bersih Rp 21,94 miliar sepanjang sembilan bulan pertama 2015. Angka itu membengkak tujuh kali lipat dibanding rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 3,5 miliar. SIAP meraih pendapatan sebesar Rp 149,3 miliar sampai kuartal III-2015. Pada periode yang sama tahun lalu, SIAP belum memiliki pendapatan yang dibukukan.
Pendapatan SIAP tahun ini baru berasal dari bisnis pelumas. Sementara bisnis utamanya, pertambangan batu bara masih belum bisa dibukukan sebagai pendapatan. Saat ini tambang SIAP ditutup sementara lantaran belum ada dana operasional. Fundamental Resources, pengendali SIAP, sebelumnya berjanji mengucurkan Rp 200 miliar untuk operasional pertambangan yang terletak di Kutai Barat, Kalimantan Timur itu tetapi tidak terwujud. Bursa menilai kelangsungan usaha SIAP dipertanyakan sehingga terancam dihapus dari bursa (delisting).
PT Newmont Nusa Tenggara
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Said Didu menegaskan, sejatinya Arifin Panigoro bukan tokoh utama atas rencana pembelian 76 persen saham Newmont. Ada pengusaha lain di belakang Arifin.
Pengusaha swasta nasional yang sudah mengungkapkan niat sejak 4 bulan lalu itu menggandeng Arifin lantaran usaha dia tidak bergerak di bidang pertambangan. Status usaha ini juga bukan perusahaan yang tercatat di bursa saham atau terbuka (Tbk). Menurut Said, jika benar pembelian saham 76 persen seharga US$ 2,2 miliar, Arifin mampu membeli tidak lebih dari 10 persen saham.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, pemerintah tengah menganalisis secara mendalam terkait dengan kerja sama dua perusahaan terafiliasi yang bergerak di bidang sejenis, yaitu PGAS dan PT Pertamina Gas. Kajian yang diharap selesai pada 2016 itu diyakini dapat membuat bisnis distribusi gas lebih efisien. Yang akan terjadi kemungkinan besar PGAS akan memegang semua infrastruktur gas di ritel. Rini memaparkan PGAS memiliki kekuatan di infrastruktur gas bumi sehingga menjadi dasar untuk menguasai distribusi gas nasional.
PGAS tidak hanya menyalurkan gas untuk industri dan pembangkit listrik, tetapi juga untuk keperluan komersial dan usaha kecil dan menengah serta keperluan ritel seperti rumah tangga. Sampai September 2015, jumlah konsumen PGAS paling banyak berasal dari industri dan pembangkit listrik dengan porsi 96,92 persen, diikuti oleh komersial dan usaha kecil menengah 2,84 persen dan rumah tangga.
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
Meski berhasil meningkatkan perolehan pendapatan, LPKR mencatatkan penurunan laba hingga 93,7 persen secara tahunan pada periode Januari-September 2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Per September 2015, emiten properti itu membukukan laba bersih sebesar Rp66,4 miliar, jatuh signifikan dibandingkan dengan tahun lalu Rp1,05 triliun.
Sebaliknya, pendapatan perseroan meningkat 10,4 persen secara tahunan dari Rp6,12 triliun menjadi Rp6,76 triliun. Laporan keuangan yang dirilis Senin (30/11), menunjukkan terjadi peningkatan beban pokok pendapatan sebesar 12 persen menjadi Rp3,53 triliun. Selain itu, LPKR juga mesti menanggung rugi selisih kurs hingga Rp785,74 miliar pada tahun ini, padahal pada tahun lalu tidak menanggung beban tersebut.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
TBIG selama sembilan bulan pertama tahun ini mendulang laba bersih Rp796,36 miliar, turun 30,05 persen dari periode yang sama 2014. Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dirilis Senin (30/11), penurunan laba bersih disebabkan salah satunya oleh penaikan beban keuangan-bunga, sebesar 42,55 persen pada sembilan bulan pertama 2015 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu (year on year/yoy).
Merosotnya laba bersih juga disebabkan oleh turunnya penaikan nilai wajar atas properti investasi, sebesar 61,58 persen yoy. Pendapatan emiten penyedia menara itu selama Januari hingga September 2015 meningkat 4,5 persen menjadi Rp2,54 triliun dari periode sama 2014. PT Telekomunikasi Selular menyumbang 38,59 persen dari total pendapatan TBIG, disusul PT Indosat Tbk. yang berkontribusi 23,99 persen dan PT XL Axiata Tbk. yang menyumbang 15,05 persen.
PT Intiland Development Tbk (DILD)
DILD memastikan tidak akan mengubah target pendapatan prapenjualan (marketing sales) pada tahun ini, meski masih terdapat kekurangan sebesar Rp1,63 triliun. Dalam periode Januari—September, DILD baru mengantongi marketing sales sebesar Rp1,38 triliun, atau 45,8 persen dari target sepanjang tahun Rp3,02 triliun.
Corporate Secretary DILD Theresia Rustandi mengatakan terdapat beberapa proyek yang dipersiapkan untuk diluncurkan pada sisa tahun ini. Jenis proyek yang dipersiapkan beragam dan tersebar di dua lokasi, Jakarta dan Surabaya. Peluncuran menunggu kondisi pasar yang sesuai.
PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)
MLBI harus menanggung penurunan pendapatan sebesar 14,7 persen yang diikuti oleh penurunan laba hingga 29,4 persen sepanjang sembilan bulan tahun ini seiring dengan pengetatan peredaran minuman beralkohol. Menurut laporan keuangan yang baru saja dirilis oleh produsen bir itu, penjualan perseroan dalam sembilan bulan pertama tahun ini tercatat Rp1,7 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan perolehan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu Rp2 triliun.
Lalu, laba bersih tahun berjalan dan jumlah penghasilan komprehensif tercatat sebesar Rp353,47 miliar, turun 29 persen dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu Rp500,66 miliar. Dari dua produk MLBI, total penjualan produk bir mengalami penurunan hingga 19,3 persen secara tahunan, dari Rp1,9 triliun menjadi Rp1,54 triliun. Sebaliknya, untuk produk soft drink tumbuh 78,7 persen.