Bareksa.com - Besarnya tekanan yang dihadapi oleh PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) membuat saham jasa transportasi ini disuspen mulai perdagangan hari ini (Jumat, 13 November 2015). Sanksi suspensi dikarenakan harga saham TAXI turun 56,83 persen menjadi tinggal Rp136 dari sebelumnya Rp1.425 pada 14 Agustus 2014.
Apa saja yang menyebabkan harga saham TAXI hanya tersisa Rp136? Bagaimana Kronologinya?
Grafik Pergerakan Harga Saham TAXI dari 1 Agustus 2014- 12 November 2015
Sumber: Bareksa.com
Diawali masuknya Uber Taxi
Uber Taxi mulai menawarkan jasanya di Jakarta sejak 14 Agustus 2014.
Perusahaan ini menawarkan konsep crowd sourcing. Siapa saja yang memiliki kendaraan pribadi dan asuransi kerusakan mobil dapat mendaftarkan diri dan bergabung dengan Uber Taxi. Caranya mengunduh aplikasi khusus yang tersedia di Play Store untuk Android dan App Store untuk pengguna IPhone. Setelah itu pemilik kendaraan langsung dapat meluncur ke jalan-jalan raya dan memasang status 'online' agar keberadaan mereka terdeteksi oleh calon penumpang yang juga menggunakan aplikasi Uber Taxi.
Calon penumpang dapat dengan mudah mengetahui apakah di sekelilingnya ada armada Uber Taxi. Calon penumpang dan sopir Uber Taxi dapat saling melihat profil masing-masing dan memberi rating setelah transaksi terjadi
Naiknya tarif BBM dan persaingan tarif taksi dengan Blue Bird
Pada 17 November 2014, pemerintah resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Harga Premium dinaikkan menjadi Rp8.500 per liter dari sebelumnya Rp6.500 per liter dan solar menjadi Rp7.500 dari sebelumnya Rp5.500.
Kenaikan BBM tentunya membuat masyarakat melakukan penyesuaian bujet karena ongkos transportasi meningkat. Pengusaha pun menaikkan harga karena biaya operasi melonjak. Terlebih untuk perusahaan yang bergerak di sektor jasa transportasi, harga BBM menjadi komponen penting.
Pada 15 Desember tarif bawah taksi Express untuk buka pintu naik 15 persen menjadi Rp7.500 dari sebelumnya Rp6.500 . Biaya per kilometer naik 33 persen menjadi Rp4.000 dari sebelumnya Rp3.000.
Sayangnya, pesaing terbesar Express, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengikuti penyesuaian tarif bawah. Padahal sebelumnya BIRD menggunakan tarif atas.
Tarif taksi Blue Bird hanya naik Rp500 menjadi Rp7.500 dari sebelumnya Rp7.000 dan Rp4.000 untuk tarif per kilometer dari sebelumnya Rp3.600.
Tarif bawah yang digunakan oleh taksi Blue Bird menjadi persaingan tersendiri bagi armada taksi Express.
Ojek Online
Persaingan bagi perusahaan taksi semakin ketat dengan maraknya ojek online. Pada 10 Februari 2015, salah satu ojek online, Gojek meluncurkan Moblie APP, sehingga masyarakat dapat menggunakan jasa ojek dengan cara memesan melalui aplikasi tersebut di smartphone-nya.
Gebrakan yang diluncurkan ojek online ini juga dibarengi dengan promo harga jasa yang dapat dibilang sangat murah. Ojek online ini menawarkan harga Rp10.000 - 15.000, maksimal jarak 25 kilometer. Padahal tarif normal sebesar Rp4.000 per kilometernya. Relatif murahnya ongkos ojek membuat banyak masyarakat beralih menggunakan jasa ojek online tersebut.
Rencana akuisisi saham TAXI oleh Saratoga dari Grup Rajawali
Di tengah persaingan ketat, perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berencana mengambil alih kepemilikan saham TAXI dari Grup Rajawali.
Berdasarkan keterbukaan informasi 17 April 2015, Saratoga dan PT Rajawali Corpora telah menandatangani kesepakatan untuk menjajaki kemungkinan pengambilalihan 1,09 miliar saham TAXI. Akan tetapi ada sejumlah syarat dan ketentuan yang harus dinegosiasikan antara para pihak, antara lain persyaratan mengenai harga dan syarat-syarat lainnya.
Transfer kepemilikan ini akan dilakukan secara langsung oleh Saratoga dari Rajawali Corpora yang saat ini merupakan pemegang saham pengendali TAXI dengan total kepemilikan 51 persen dari seluruh saham yang dikeluarkan.
Hal ini menjadi angin segar tersendiri bagi saham TAXI yang tercatat mulai menguat sebesar 63 persen menjadi Rp1.155 dari sebelumnya Rp710 pada 12 Maret 2015.
Pada masa penjajakan akuisisi saham TAXI oleh Saratoga, kinerja perusahaan semakin TAXI semakin terganggu karena banyak pengemudi taksi yang beralih profesi menjadi supir dan ojek yang mengandalkan aplikasi online.
Maka beredar rumors bahwa banyak taksi milik Grup Express menganggur dan terparkir saja di halaman pool-nya. Jumlahnya diperkirakan mencapai 3.000 unit mobil akibat kekurangan pengemudi.
Namun, Corporate Secretary TAXI Merry Anggraini membantah rumors dan menyatakan perseroan terus membutuhkan pengemudi untuk menjalankan armadanya yang saat ini berjumlah 10.000 unit taksi di seluruh Indonesia. Kebutuhan pengemudi itulah yang mendorong perseroan melakukan program kemitraan berjenjang (ProKB)
"Program ini akan memberi peluang bisnis baru yang bisa dijalankan oleh semua kalangan dengan menjadi mitra pengemudi atau pun mereferensikan orang untuk menjadi pengemudi di Express Group atau menjadi sponsor," katanya kepada Bareksa.
Namun, investor sepertinya masih menganggap cara tersebut belum efisien dan menjadi sentimen negatif. Harga saham TAXI tetap terus menurun menjadi Rp298 dan disuspen oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1 Oktober 2015.
Setelah suspensi dibuka, harga saham TAXI semakin tertekan. Apalagi akuisisi saham yang direncanakan dengan Saratoga resmi dibatalkan pada 9 Oktober 2015.
Hasil Laporan Keuangan Kuartal III-2015
Hasil kinerja keuangan kuartal III-2015 yang diinformasikan kepada publik pada 30 Oktober 2015, menunjukkan laba bersih TAXI melorot 90 persen menjadi Rp11 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp109 miliar.
Anjloknya profit terjadi akibat lonjakan beban penyusutan armada sekitar 21,2 persen menjadi Rp200 miliar. Selain itu gaji dan tunjangan juga ikut meningkat 30 persen menjadi Rp95 miliar dari sebelumnya Rp73 miliar. Kenaikan ini menunjukan besarnya tambahan armada yang digunakan TAXI tahun lalu yang baru dirasakan penyusutannya tahun ini. Dalam lima tahun terakhir memang jumlah armada TAXI mengalami peningkatan hampir dua kali lipat menjadi 10.550 unit per kuartal II-2015.
Dalam catatan Bareksa, TAXI menggunakan skema kemitraan yang memungkinkan supir bisa memiliki armada taksi yang dioperasikannya setelah enam atau tujuh tahun diakhir masa kontrak. Pada skema ini TAXI akan menyediakan armada, sementara supir akan membayar uang jaminan sebagai partisipasi atas program ini. Selama masa kerja tersebut supir harus menyetorkan pendapatan harian kepada TAXI. Per 2014, untuk area Jadetabek ditetapkan senilai Rp240 ribu per hari.
Akibat dari banyak pengemudi yang berhenti menjadi pengemudi taksi Express membuat tagihan kredit mobil operasional terhambat. Dalam laporan keuangan per September 2015, piutang pihak ketiga yang berasal dari pengemudi melonjak 82 persen menjadi Rp299 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan jika dibandingkan dengan laporan per September 2015 angka ini melesat tiga kali lipat.
Kini TAXI sedang melakukan efisiensi pengeluaran dengan tidak menambah armada baru pada tahun ini dan akan merampingkan beberapa bisnis lainnya. “Perusahaan sedang tidak ada penambahan armada pada 2015 karena kondisi yang cukup buruk akibat turunnya demand,” kata Sekretaris Perusahaan TAXI Merry Anggraeni kepada Bareksa di Jakarta.